Kamis 12 Jan 2017 09:28 WIB

500 Warga dan Gerilyawan Diungsikan dari Lembah Barada

Gerilyawan Suriah melepaskan tembakan saat terjadi baku tembak dengan pasukan pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibukota Suriah.
Foto: AP
Gerilyawan Suriah melepaskan tembakan saat terjadi baku tembak dengan pasukan pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibukota Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebanyak 500 orang, termasuk 60 gerilyawan, dibersihkan dari dakwaan pidana setelah menyerahkan diri kepada militer Suriah di Lembah Barada di sebelah barat laut Ibu Kota Suriah, Damaskus.

Pengungsian tersebut dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan yang dicapai pada Rabu (11/1) antara militer Suriah dan gerilyawan di lokasi strategis yang kaya akan air itu, kata kantor berita Suriah, SANA. Pembelot militer dan gerilyawan lain termasuk di antara mereka yang menyerahkan diri kepada militer Suriah di Barada karena Pemerintah Suriah menjanjikan amnesti buat semua orang yang meninggalkan daerah gerilyawan menuju daerah yang dikuasai pemerintah.

Jumlah tersebut dipastikan akan bertambah dalam beberapa jam ke depan. Kesepakatan di Barada dicapai untuk membersihkan gerilyawan, yang sebagian akan menyerah kepada militer sedangkan yang lain diberi jalan ke luar yang aman dari daerah itu menuju Provinsi Idlib , kubu utama gerilyawan di bagian barat laut Suriah.

Dengan mengutip pejabat yang mengawasi kasus Lembah Barada, SANA melaporkan daerah tersebut akan segera terbebas dari gerilyawan, sebagai pembuka bagi masuknya pekerja pemeliharaan yang akan mulai memperbaiki mata air Ain Fijeh, sumber utama air minum untuk warga Damaskus.

Pada Rabu pagi, SANA menyatakan pemerintah mencapai kesepakatan awal dengan para pemimpin kelompok gerilyawan di Lembah Barada, yang meliputi perujukan dengan beberapa kelompok, dan pengungsian gerilyawan lain ke daerah Idlib, tujuan buat semua gerilyawan yang meninggalkan posisi mereka di seluruh Suriah. Gerilyawan diharuskan menyerahkan senjata berat mereka kepada militer Suriah, yang akan memasuki daerah itu untuk membersih ranjau serta bahan peledak di sana.

Kesepakatan itu juga meliputi diizinkannya pekerja pemeliharaan pemerintah untuk memasuki daerah Barada guna memperbaiki mata air Ain Fijeh, sebab pasokan air telah diputus ke Damaskus sejak 23 Desember. Berbagai upaya sebelumnya untuk mencapai gencatan senjata dan saling pengertian antara gerilyawan dan pemerintah di Barada telah gagal sehingga mengakibatkan operasi besar militer oleh Angkatan Darat Suriah dengan dukungan gerilyawan Syiah Lebanon, Hizbullah ke daerah tersebut. Gerilyawan membalas dengan memutus pasokan air ke Damaskus.

Barada tidak dipandang oleh pemerintah sebagai bagian dari gencatan senjata yang ditengahi Turki-Rusia dan berlaku pada 30 Desember, sebab sebagian besar daerah itu dikuasai oleh Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Alqaidah dan dimasukkan ke dalam kelompok teroris. Jadi Lembah Barada tidak dimasukkan ke dalam setiap kesepakatan di Suriah.

Namun petempur An-Nusra di sana telah memutus pasokan air ke Damaskus sejak 23 Desember, sehingga menimbulkan kekurangan air parah, di tengah laporan kasus keracunan air mulai muncul sebab warga telah menggunakan air yang tidak bersih.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement