Kamis 12 Jan 2017 16:25 WIB

Serahkan Bisnis ke Anak, Trump Dinilai tidak Sesuai Kode Etik

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS terpilih, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS terpilih, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS terpilih Donald Trump menyerahkan bisnis mogulnya pada kedua putranya, Eric dan Don selama ia menjabat presiden. Dalam konferensi pers Rabu (11/1) ia mengatakan akan memisahkan diri dengan bisnis untuk mencegah konflik kepentingan.

Rencana tersebut dikritik oleh Direktur Kantor Etik AS, Walter Shaub. Menurutnya, keputusan itu tidak sesuai dengan standar presiden AS sejak lebih dari 40 tahun lalu dan tetap tidak menghapus kemungkinan konflik kepentingan.

"Setiap presiden era modern melakukan pelepasan seutuhnya kepentingan bisnis atau investasi," kata Shaub. Ia merujuk pada proses presiden menjual aset-aset perusahaan dan menyerahkan penanganan bisnis pada pihak independent.

Pengacara Sherri Dillon mengatakan manajemen Trump Organization akan ditransfer dan dipercayakan pada Don, Eric dan kepala keuangan Allen Weisselberg. Trump Organization adalah perusahaan dinasti keluarga Trump yang memayungi ratusan investasi terhadap real estate, brand dan bisnis lainnya.

Dillon mengatakan Trump ingin penduduk AS tidak ragu bahwa ia benar-benar mengisolasi diri dari kepentingan bisnis. "Trio pemimpin Trump akan membuat keputusan tanpa sedikit pun melibatkan presiden Trump," kata dia.

Baca juga, Donald Trump Menangkan Pilpres AS.

Dillon menambahkan tidak ada kesepakatan asing yang akan dibuat dan kesepakatan domestik akan menjadi subjek pemeriksaan ketat. Shaub menilai proses itu tetap bukan etika yang seharusnya. Menurutnya Trump masih bisa melihat informasi soal bisnis dan kesepakatan di koran atau televisi.

"Anaknya sendiri yang mnejalankan bisnis, dan tentu ia tahu apa yang diketahui anaknya," kata Shaub di Insitusi Brookings think tank Washington. Menurutnya, keputusan Trump tidak menyelesaikan konflik ini. Lebih lanjut, Shaub mengatakan komite etik siap membantu Trump menyesuaikan keputusan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement