Jumat 13 Jan 2017 17:58 WIB

Cina Lengkapi Alat Pengintai Elektronik di Kapal Militernya

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Winda Destiana Putri
Kapal penjaga laut Cina berpatroli di Laut Cina Selatan.
Foto: Reuters
Kapal penjaga laut Cina berpatroli di Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Nampaknya Cina semakin ingin menunjukkan kekuatan militernya di Laut Cina Selatan. Angkatan Laut Cina menambahkan kapal pengintai elektronik model baru untuk armadanya.

China Daily melaporkan, produk buatan The CNS Kaiyangxing atau Mizar sudah masuk ke pelabuhan timur kota Qingdao pada awal pekan ini. Surat kabar itu menyebutkan membocorkan rincian armada intelijen adalah "langkah langka" bagi Tentara Pembebasan Rakyat Angkatan Laut (PLAN).

PLAN menugaskan total 18 kapal pada tahun 2016. Selain itu juga membangun kapal induk rancangan domestik di Dalian. Surat kabar itu mengatakan bahwa Angkatan Laut mengoperasikan enam kapal pengawasan elektronik. Dikatakan, Kaiyangxing memiliki kecepatan maksimum 20 knot, atau 37 kilometer per jam.

Collin Koh Swee Lean, seorang peneliti di S. Rajaratnam School of International Studies di Nanyang Technological University Singapura, mengatakan bahwa mengungkapkan peluncuran kapal memiliki dua tujuan geopolitik. "Beijing dapat mengklaim bahwa ia telah transparan dengan upaya militernya, dan ini membantu memberi untuk narasi strategis tentang kebijakan yang menjunjung tinggi pertahanan defensif," katanya.

"Kedua, ini berfungsi sebagai bentuk pencegahan terhadap calon lawan. Saya menduga ini juga merupakan sinyal ke AS atau orang lain yang tertarik untuk meningkatkan kegiatan angkatan laut di perairan yang disengketakan, di mana PLAN memiliki kemampuan untuk memantau kegiatan mereka."

Akan tetapi Lean mengatakan kapal itu bukan kapal tempur dan akan rentan tanpa perlindungan yang tepat oleh kekuatan lain. Laut Cina Selatan telah menjadi bola panas politik antara Washington dan Beijing. Di mana Cina telah membangun pangkalan militer di pulau-pulau yang disengketakan di perairan yang diperebutkan.

Presiden terpilih Donald Trump juga telah menunjukkan dirinya semakin siap untuk menantang Beijing atas berbagai isu, hal ini membuat hubungan antara kedua negara kurang stabil. Bulan lalu, Cina menyita drone bawah air AS di lepas pantai Filipina dan mengirim kapal induk, the Liaoning, untuk menahan latihan di Laut Cina Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement