REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Trump, seorang pengusaha dan pengembang asal New York memenangkan pemilu dengan janji-janji populis seperti membangun tembok besar di sepanjang perbatasan Meksiko. Ia juga berjanji melarang masuknya migran dari negara-negara Muslim.
Selain itu Trump juga akan menghentikan Obama Care. Para pengunjuk rasa juga takut Trump akan melemahkan hak voting bagi kelompok-kelompok minoritas. Selain itu jugatakut Trump akan memberlakukan kembali reformasi peradilan kriminal.
Presiden dan Kepala Eksekutif Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Kulit Berwarna,Cornell William Brooks mengatakan, ia dan para pengunjuk rasa akan melakukan unjuk rasa sampai neraka ikut membeku. "Kami juga akan melakukan unjuk rasa di es," katanya Sabtu, (14/1).
Para pengunjuk rasa meskipun didominasi oleh kulit hitam juga dikuti oleh kelompok kulit berwarna lainnya. Unjuk rasa diikuti oleh kelompok Hispanik La Raza, politisi, saudara dan kerabat orang-orang Afrika-Amerika yang mati dibunuh oleh polisi.
Unjuk rasa juga diikuti oleh National Urban League, Planned Parenthood, Human Rights Campaign serta kelompok pembela hak-hak sipil bagi lesbian, gay,biseksual, dan transgender.
Unjuk rasa itu terjadi hanya beberapa jam setelah Trump menyerang anggota parlemen, John Lewister. Ia menyatakan, Rusia membantu Trump menjadi presiden dengan membajak pemilihan umum di Amerika. Akibatnya legitimasi Trump sebagai Presiden Amerika dipertanyakan sebab Trump dinilai tak memenangkan pemilihan umum secara murni.
Melalui Twitternya, Trump menyerang Lewister dengan mengatakan, Lewis seharusnya fokus saja mengurusi kondisi di distrik kekuasaannya di Atlanta. "Semua hanya bicara, bicara, bicara terus, tak ada aksi dan tak ada hasilnya. Menyedihkan!," cuit Trump.