Senin 16 Jan 2017 06:33 WIB

Muslim Myanmar Harap Kunjungan PBB Bawa Perubahan

Rep: Wahyusuryana/ Red: Indira Rezkisari
Anak laki-laki Muslim Rohingya berdiri di desa U Shey Kya luar Maungdaw di negara bagian Rakhine, Myanmar 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.
Foto: Reuters/ Soe Zeya Tun
Anak laki-laki Muslim Rohingya berdiri di desa U Shey Kya luar Maungdaw di negara bagian Rakhine, Myanmar 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KYEE KAN PYIN -- Penduduk Muslim di Rakhine berharap ada hasil perubahan positif dari kunjungan Utusan PBB ke Myanmar. Terutama, atas dugaan pelanggaran, pembunuhan, perkosaan dan pembakaran rumah oleh tentara terhadap minoritas Muslim.

Pelapor Khusus PBB tentang Hak Asasi Manusia, Yanghee Lee, menuturkan khusus selama tiga hari, akan ada penyelidikan situasi di Rakhine, yang telah memaksa sekitar 65.000 Muslim melarikan diri. Minoritas Muslim Rohingnya, selama tiga bulan terakhir melarikan diri melintasi perbatasan menuju Bangladesh.

"Kami benar-benar berharap kunjungannya membawa erubahan positif bagi Rohingya dan kami berharap untuk bisa mendapatkan hak asasi manusia kami," kata salah seorang warga Rohingnya, seperti dilansir Arab News, Senin (16/1).

Dalam kunjungan selama 12 harinya di Myanmar, Lee akan menilai kondisi hak asasi manusia kurang dari setahun, usai pembentukan pemerintah yang terpilih secara demokratis oleh Aung San Suu Kyi. Ia akan memberikan fokus kepada warga ROhingya, yang sebagian besar tinggal di daerah Rakhine.

Selanjutnya, ia akan memberikan laporan kepada Dewan HAM PBB pada bulan Maret nanti. Selama kunjungan ke Kyee Kan Pyin, Ahad (15/1), Lee bertemu ratusan orang yang tinggal sementara di desa setelah rumah mereka dibakar habis, selama operasi pembersihan yang dilakukan tentara berlangsung.

"Kami sangat menyambut kunjungan (PBB), tapi pada saat yang sama kami khawatir akan keamanan kami untuk berbicara karena beberapa warga desa yang telah berbicara kepada diplomat telah ditangkap baru-baru ini," ujar salah seorang warga.

Sabtu (14/1) lalu, Lee mengunjungi penjara Rakhine tempat pihak berwenang menahan ratusan orang yang disebut tersangka Rohingya, atas serangan kepada Kepolisian yang terjadi Oktober tahun lalu. Namun, masih belum jelas apakah Lee mendapatkan akses menemui orang-orang yang ditahan.

Sebelumnya, Jum'at (13/1), Lee mengunjungi Sittwe yang merupakan salah satu daerah Rakhine, tempat 4.000 warga Rohingnya berada. Sayangnya, warga Rohingnya yang mendapatkan kunjungan mengaku pesimis, jika kunjungan Utusan PBB itu akan mengubah situasi yang sudah dan akan mereka alami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement