Senin 16 Jan 2017 08:05 WIB

Polisi Tangkap Demonstran Tibet Selama Kunjungan Presiden Cina

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bilal Ramadhan
Aktivis Pembebasan Tibet (Ilustrasi)
Aktivis Pembebasan Tibet (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Polisi Swiss menahan sedikitnya 32 demonstran yang melakukan protes atas kunjungan Presiden Cina, Xi Jinping, pada Ahad (15/1). Pemerintah Swiss telah membatasi aksi protes di Ibukota Bern agar berlangsung hanya selama dua jam, untuk menghindari terjadinya konfrontasi.

Beberapa orang di dekat zona keamanan, tidak mematuhi instruksi polisi. Polisi juga sempat mencegah seorang pria melakukan aksi membakar diri dan segera membawa pria tersebut ke klinik terdekat.

Sebanyak 14 aktivis Tibet ditahan di dekat gedung Parlemen Swiss karena menolak menghentikan aksi unjuk rasa. Mereka membawa poster dengan tulisan "Free Tibet" dan "Jangan Bersekutu dengan Pembunuh".

"Situasi di Tibet semakin hari semakin buruk. Orang-orang kami tertindas. Orang-orang kami dipenjara. Kami benar-benar prihatin bagaimana cara pemerintah memperlakukan kami," kata juru bicara asosiasi Tibetan Youth, Migmar Dhakyel.

Sekitar 700 hingga 800 warga Tibet dan Swiss berkumpul di pusat Kota Bern begitu Presiden Xi mendarat di Swiss. Presiden Komunitas Tibet di Swiss & Liechtenstein, Tenzin Nyingbu, mengatakan mereka melakukan protes damai terhadap kebijakan Cina atas wilayah Tibet.

"Sebagian besar demonstran meninggalkan tempat sebelum tengah hari setelah ada kesepakatan terkait keamanan Kota Bern," ujar Nyingbu.

Presiden Xi tiba di Ibukota Bern untuk menghadiri acara makan malam pada Ahad (15/1) sore dan akan melakukan pertemuan dengan para pejabat Swiss, Senin (16/1). Xi kemudian akan menghadiri pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Selasa (17/1) untuk pertama kalinya bagi seorang presiden Cina.

Unjuk rasa warga Tibet terhadap kunjungan Presiden Cina ke Swiss juga terjadi 18 tahun lalu. Pada 1999, kedatangan Presiden Jiang Zemin disambut oleh ratusan demonstran yang meminta Cina membebaskan Tibet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement