REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY - Australia sangat kecewa karena Jepang terus melakukan penangkapan paus di Samudera Selatan. Padahal dua hari sebelumnya kedua pimpinan negara tersebut baru saja bertemu membahas masalah tersebut.
"Pemerintah Australia sangat kecewa Jepang memutuskan untuk kembali ke Samudera Selatan musim panas ini untuk melakukan apa yang disebut penangkapan 'ilmiah' paus," kata Menteri Lingkungan Hidup Australia Josh Frydenberg, Senin (16/1).
Frydenburg menambahkan, menurut dia tidak perlu membunuh paus hanya untuk melakukan penelitian ilmiah.
Australia telah lama menentang penangkapan paus oleh Jepang. Dan isu itu sudah diangkat dalam pembicaraan antara Perdana Menteri Malcolm Turnbull dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Sydney pada Sabtu (14/1) waktu setempat.
The International Court of Justice pada tahun 2014 telah meminta Jepang untuk menghentikan perburuan paus di Samudera Selatan untuk satu musim. Meskipun pada 2015 dilanjutkan perburuan kembali.
Jepang menyatakan sebagian besar spesies paus tidak terancam dan mengonsumsi paus adalah bagian dari budaya. Jepang mulai melakukan penangkapan ilmiah ikan paus pada tahun 1987, satu tahun setelah moratorium penangkapan ikan paus internasional mulai berlaku.
Kelompok anti penangkapan paus Sea Shepherd menerbitkan sebuah foto ikan paus mati pada Ahad (15/1). Tampaknya paus tersebut telah tertusuk tombak, pada dek kapal penangkapan paus Jepang Nisshin Maru. Sea Shepherd mengatakan, kapal itu berburu di sebuah tempat terlarang Australia di lepas pantai Antartika.
Sea Shepherd mengatakan foto itu adalah yang pertama dari armada Jepang yang berburu paus di Samudra Selatan sejak 2014 saat putusan pengadilan. Rekaman menunjukkan paus mati kemudian ditutupi oleh terpal biru. Frydenberg mengatakan Australia akan terus menolak penangkapan paus di Komisi Penangkapan Paus Internasional.