Senin 16 Jan 2017 12:49 WIB

Obama Sebut Keputusan Abstain tak Pengaruhi Hubungan AS-Israel

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Barack Obama sedang membaca
Foto: Independent
Presiden AS Barack Obama sedang membaca

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan tidak ada dampak atas keputusan negaranya abstain dalam resolusi PBB bulan lalu mengenai permukiman Israel. Ia menekankan hal itu tak mempengaruhi secara signifikan hubungan Negeri Paman Sam dengan Israel.

Selama delapan tahun terakhir, tepatnya di masa kepemimpinan Obama, hubungan antara AS dan Israel dinilai memburuk.  Hingga pada bulan lalu mencapai titik terendah saat pengambilan suara atas resolusi PBB yang menentang permukiman Israel.

AS memilih abstain dan tidak menggunakan hak veto yang dimiliki. Dengan demikian, resolusi yang diadopsi sejak 1979 itu dapat disahkan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuding Obama secara diam-diam bekerja sama dengan Palestina dalam mewujudkan resolusi itu. Selama ini, permukiman yang dibangun di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur oleh Israel dipandang bertentangan dengan hukum internasional dan banyak negara di dunia.

Meski demikian, Obama menilai keputusan abstain bukanlah upaya AS untuk membuat hubungan dengan Israel semakin buruk. Ia menilai permukiman yang dibangun di dua wilayah sengketa itu hanya menjauhkan upaya mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina.

"Saya tidak berpikir keputusan ini menyebabkan pecahnya hubungan AS dan Israel secara keseluruhan dan Netanyahu selama ini bersemangat di masa kepresidenan saya," ujar Obama, Ahad (15/1).

Palestina selama ini ingin menjadi negara yang merdeka dan memiliki wilayah di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur. Israel merebut sejumlah area tersebut dalam perang pada 1967.

Israel membantah permukiman yang terus dibangun di wilayah sengketa dengan Palestina adalah sesuatu yang ilegal. Israel mengatakan akan membicarakan ini dalam solusi perdamaian dengan Palestina yang sebelumnya runtuh pada 2014.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement