REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan berbicara tentang potensi keuntungan yang bisa diambil Indonesia dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Potensi peluang kerja sama itu ia tuliskan dalam artikel di Strait Times.
Dalam tulisan itu, Luhut memuji Trump yang dianggap sebagai tipe pemimpin pembangun. Trump juga dianggap sebagai pemimpin pragmatis yang akan mengadopsi pendekatan nonideologis dan nonkonfrontasi.
Namun, Luhut tidak berbicara tentang pernyataan-pernyataan Trump terhadap umat Islam di AS. Luhut tidak mempedulikan janji Trump pada Desember 2015 yang melarang imigran Muslim masuk ke Amerika.
"Harusnya Luhut memperhatikan dengan serius bagaimana sikap Trump terhadap umat Islam yang penuh dengan kebencian dan sangat intoleran," kata Cendikiawan Muslim sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof KH Didin Hafidhuddin MSc kepada Republika, Kamis (19/1).
Ia mengatakan, sangat berbahaya apabila hubungan Indonesia hanya semata-mata dipandang dari aspek ekonomi saja. Sementara, tidak memperhatikan aspek budaya maupun agama masyarakat Indonesia.
Ia menyarankan, Indonesia perlu kerja sama dengan negara-negara yang presidennya tidak menebarkan kebencian kepada mayoritas masyarakat Indonesia. KH Didin menegaskan, ingat pemegang saham terbesar NKRI adalah para ulama, kiai, habib, santri dan umumnya kaum Muslimin. "Jangan pernah menganggap sepele persoalan agama masyarakat," ujarnya.