Jumat 20 Jan 2017 22:03 WIB

Unjuk Rasa Anti-Trump Juga Digelar di Tower Bridge London

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Hazliansyah
Demonstran memasang banner bertuliskan 'Build Bridges not Walls' di Tower Bridge London, Inggris, dalam aksi protes terhadap pelantikan Donald Trump.
Foto: EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA
Demonstran memasang banner bertuliskan 'Build Bridges not Walls' di Tower Bridge London, Inggris, dalam aksi protes terhadap pelantikan Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Demonstran di Inggris melakukan unjuk rasa anti-Trump di Tower Bridge, London, Jumat (20/1). Mereka membentangkan spanduk raksasa bertuliskan "Bangunlah jembatan, bukan dinding!" yang ditujukan untuk Donald Trump.

Protes warga Inggris ini merupakan serangkaian unjuk rasa di seluruh belahan dunia untuk mengekspresikan ketidaksenangan terhadap pelantikan Trump sebagai presiden AS ke-45. Mereka berkumpul sesaat setelah matahari terbit, tepat di hari peresmian Trump.

Di samping gedung parlemen Inggris, sebuah spanduk raksasa juga dibentangkan dengan tulisan "Migran diterima di sini". Sedangkan di Jembatan Westminster ada spanduk raksasa dengan tulisan "Migrasi lebih tua dari bahasa."

Julie Chasin (42), seorang guru di London yang berasal dari New York, mengatakan dia bergabung dengan demonstran lainnya karena khawatir dengan kepemimpinan Trump.

"Ya Donald Trump adalah Presiden, tapi ia masih perlu melindungi hak-hak semua orang. Ini menakutkan. Saya berharap dia terus diawasi," kata Chasin.

Unjuk rasa di London diinisiasi oleh kelompok yang menamakan diri Bridges not Walls. Nama itu mengacu pada janji Trump untuk membangun dinding perbatasan AS-Meksiko.

"Kami tidak akan membiarkan politik kebencian dijajakan oleh orang-orang seperti Donald Trump," ujar Nona Hurkmans dari Bridges not Walls.

Trump yang akan dilantik di Washington juga menghadapi protes besar-besaran di kota-kota besar dunia. Mulai dari Toronto ke Sydney, hingga Addis Ababa ke Dublin, seluruhnya menentang Trump karena sikap politiknya yang dikritik selalu memecah belah dan berbahaya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement