Selasa 24 Jan 2017 08:30 WIB

Suriah Sebut Perusakan Kota Palmyra Kejahatan Perang

Salah satu foto yang dirilis ISIS yang menunjukkan penghancuran kuil kuno di Palmyra, Suriah, Selasa (25/8).
Foto: The Independent
Salah satu foto yang dirilis ISIS yang menunjukkan penghancuran kuil kuno di Palmyra, Suriah, Selasa (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Menteri Kebudayaan Suriah Muhammad Ahmad pada Ahad (22/1) mengatakan pengeboman warisan bersejarah di kota kuno Palmyra oleh petempur kelompok ISIS adalah kejahatan perang.

Di dalam penjelasan pers, Ahmad mengatakan pengeboman baru-baru ini terhadap bagian depan ampiteater bersejarah di Palmyra di sebelah timur-laut Ibu Kota Suriah, Damaskus serta monumen dan relik lain ditujukan kepada kebudayaan dan warisan Suriah.

"Monumen ini bukan hanya milik Suriah, tapi seluruh dunia," kata Ahmad.

Ia mendesak masyarakat internasional memikul tanggung jawabnya dalam melindungi warisan dunia itu. "Setiap kelambanan pada masa sulit ini mengancam Palmyra dan akan menjadi landasan pacu yang jelas dari kewajiban etik dalam melindungi dan melestarikan Warisan Dunia," katanya.

Pada Jumat lalu (20/1), ISIS menghancurkan bagian depan teater kuno Romawi serta Tetrapilon di Palmyra. Bagian depan teater itu hancur total setelah diledakkan, demikian juga dengan Tetrapilon, monumen kuno Romawi yang terkenal tersebut dan berbentuk kubus.

Satu bulan lalu, kelompok ISIS menyerbu kota kuno untuk kedua kali setelah kehilangan Palmyra, yang direbut militer Suriah, sembilan bulan sebelumnya. Dalam penyerbuan pertamanya ke Palmyra pada 2015, ISIS menghancurkan monumen dan kuil penting di sana.

Di dalam penjelasannya kepada media, Ahmad mengatakan kehadiran ISIS di Palmyra membuat kota itu mengalami kerusakan lebih jauh dan akan mendorongnya jadi "mimpi buruk yang mengerikan". Ahmad mengatakan selama perang hampir enam tahun di negerinya, pemerintah telah memelihara 90 persen peninggalan sejarqah di berbagai mueseum di seluruh Suriah dari penjarahan dengan memindahkan mereka ke tempat rahasia.

Ia menambahkan angka pencurian artifak belum melebihi satu persen. Mengenai bagian kuno Kota Aleppo, yang dikuasai gerilyawan selama empat tahun sebelum militer merebut kembali daerah tersebut pada penghujung tahun lalu, Ahmad mengatakan 40 persen Aleppo Kuno masih dalam kondisi baik, 30 persen dalam kondisi sedang, dan sisanya berada dalam "status bencana".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement