Kamis 26 Jan 2017 06:03 WIB

Sebuah Wajah Muslimah Amerika yang Jadi Simbol Perlawanan Trump

Foto dan potret Muslimah Amerika, Munira Ahmed yang menjadi simbol perlawanan terhadap Presiden Donald Trump.
Foto: Ridwan Adhami, Shepard Fairey
Foto dan potret Muslimah Amerika, Munira Ahmed yang menjadi simbol perlawanan terhadap Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENS -- Munira Ahmed (32 tahun), seorang pegawai lepas dari Queens, Amerika Serikat menjadi sebuah wajah perlawanan terhadap pemerintahan Donald Trump. Gambar wajahnya dibawa ribuan demonstran dalam demo menentang presiden terpilih, Sabtu pekan lalu.

Gambar tersebut menunjukkan wajah seorang perempuan keturunan Bangladesh Amerika dengan tatapan mata tajam. Peremuan itu mengenakan jilbab dari bendera Amerika bercorak bintang dan garis. Gambar tersebut dibuat Shepard Fairey, seorang seniman yang dikenal karena karya ilustrasi mantan presiden Barack Obama yang ikonik.

"Saya warga Amerika, sama seperti kalian. Saya warga Amerika dan saya Muslim, dan saya bangga akan keduanya," kata Ahmed kepada The Guardian, Senin (23/1), setelah kembali ke New York dari Washington usai mengikuti protes besar tersebut.

Pekerjaan Fairey merupakan bagian dari proyek yang berkoordinasi dengan Amplifier Foundation bertajuk "We the People". Potret Ahmed, bagaimanapun, memiliki dampak budaya yang besar.

Dalam berbagai unjuk rasa di banyak kota besar AS, Sabtu lalu, poster wajah Ahmed menjadi terkenal. Potret itu juga tampil dalam iklan satu halaman penuh di beberapa surat kabar nasional AS, termasuk New York Times dan Washington Post saat hari pelantikan Trump.

"Suatu kehormatan atas apa yang digambarkan potret itu. Gambar itu tidak menunjukkan anti apa pun. Ini merupakan inklusi. Ini mengenai 'saya warga Amerika sama seperti kalian'," ucapnya.

Ahmed mengatakan dalam aksi di Washington, seorang perempuan anggota kongres datang ke saya dan mengatakan dia langsung tahu perempuan di gambar tersebut adalah dirinya. "Saya terkejut karena saya berasumsi orang-orang akan menganggap itu potret seseorang yang mengenakan jilbab, padahal saya tidak mengenakannya. Sekelompok perempuan bertanya kapan saya melepas jilbab, dan saya bilang saya tidak pernah mengenakan jilbab," ujarnya.

Dia mengatakan foto yang digunakan Fairey telah berusia 10 tahun. Foto tersebut diambil fotografer yang juga berasal dari Queens, Ridwan Adhami. Ahmed dan Adhami pergi ke bursa saham New York untuk mengambil foto itu. Mereka berharap tempat pengambilan foto yang dekat dengan lokasi serangan 9/11 akan menambah ketajaman simbolis pesan mereka.

Potret yang dibuat Fairey dan foto Adhami mengemukakan pertanyaan yang sama: apa artinya menjadi Muslim dan seorang warga AS di saat Amerika terlibat dalam konflik di banyak negara Muslim?

Protes perempuan menentang Presiden AS Donald Trump di Washington, Sabtu, 21 Januari 2017. Youtube: Democracy Now!

"Tujuannya adalah membuat pernyataan kuat. Jadi kami membuatnya di Ground Zero demi menonjolkan 'kami di sini, kami Muslim, kami warga New York dan kami berhak berada di sini'," kata Adhami kepada Guardian.

Ahmed tumbuh di Jamaica, Queens, dekat dengan dimana Trump dibesarkan di Jamaica Estates yang dibatasi dengan pagar. Orang tuanya tinggal di sana setelah meninggalkan Bangladesh pada akhir 1970-an.

Munira lahir di Queens. Kerabatnya juga bermukim di Michigan.

Ahmed dan Adhami tersedot dalam isu identitas rasial Amerika dan tantangan yang muncul dalam tahun-tahun usai serangan menara kembar 11 September 2001. Ahmed menambahkan, ia bahkan tidak mampu menyaksikan upacara pelantikan Trump.

"Gambar bendera Amerika sebagai hijab sangat kuat karena mengingatkan orang bahwa kebebasan beragama adalah prinsip dasar Amerika Serikat. Ada sejarah AS menyambut mereka yang menghadapi penyiksaan terkait agama di negara asalnya," kata Fairey.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement