Kamis 26 Jan 2017 15:46 WIB

1.500 Anak Yatim Allepo Masih Membutuhkan Bantuan

Relawan Rumah Yatim gandeng lembaga kemanusiaan di Aleppo membantu korban konflik kemanusiaan di Suriah.
Foto: istimewa
Relawan Rumah Yatim gandeng lembaga kemanusiaan di Aleppo membantu korban konflik kemanusiaan di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, ALLEPO -- Tim relawan Rumah Yatim kini sudah kembali ke Gaziatep dari Sanli Urfa, Turki Timur. Di Gaziantep, tim relawan bertemu dengan pimpinan Masrat sebuah lembaga kemanusiaan dari Allepo, Suriah.

"Tadi kita ketemu langsung dengan pimpinan Masrat, kami menyampaikan maksud untuk menyalurkan bantuan langsung ke Suriah, ke Allepo bekerja sama dengan mereka," kata relawan Rumah Yatim Abdurahman, dalam keterangannya yang disampaikan hanya kepada Republika.co.id, baru-baru ini.

Menurut dia, ada 1.500 anak yang tersebar di rumah-rumah di daerah Allepo. Kata Sri, Masrat dulunya adalah sebuah lembaga kemanusiaan di Allepo. Mereka punya banyak program untuk membantu warga terdampak perang.

"Mereka punya banyak sekolah dan gedung. Tetapi, ketika terjadi insiden kemarin semuanya hancur bahkan sebagian dari anggota dari tim relawan mereka, 7 orang meninggal dunia dan 10 yang lainnya menghilang belum diketahui kemana," katanya.

Pihak Masrat merasa bersyukur dan berterima kasih kepada rumah yatim dan kepada masyarakat Indonesia, yang telah memiliki kepedulian terhadap anak-anak yatim dan juga masa depan pendidikan mereka. "Mereka berharap bantuan yang diberikan oleh masyarakat Indonesia bisa membantu mereka sehingga mereka bias tetap bersekolah, bisa tetap melanjutkan pendidikannya untuk masa depan mereka," ujarnya.

"Sebagian besar bantuan akan di berikan langsung ke Allepo, kepada keluarga anak–anak yatim di sana, dimana jumlah mereka secara keseluruhan yang ada terdata sekitar 1.500 anak yatim".

Basis pengelolaan anak–anak yatim di Masrat, tidak seperti kebanyakan lembaga di Indonesia. Ini karena berbagai kondisi sehingga mereka hanya mengelola anak–anak yatim yang tinggal masih bersama keluarga–keluarga mereka di daerah Allepo. "Sebagian ada di rumah–rumah yang masih tersisa, juga sebagian ada di kamp pengungsian. Mereka masih bertahan di sana dan kita akan coba membantu mereka dari sisi pendidikan. Mudah–mudahan dengan kondisi yang masih darurat pendidikan mereka tidak terganggu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement