REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut akan menandatangani perintah eksekutif untuk membatasi akses para imigran dan pengungsi. Termasuk juga penangguhan visa bagi warga yang berasal dari beberapa negara dengan mayoritas Muslim di Timur Tengah dan Afrika, di antaranya Irak, Iran, Suriah, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.
Hal itu membuat banyak orang mengingatkan Trump terhadap keputusannya yang dinilai salah. Tak sedikit yang mencontohkan bahwa pengungsi dan imigran dari negara mayoritas Muslim justru memberi kontribusi besar bagi AS.
Seperti Steve Jobs, salah satu pendiri perusahaan Apple Inc yang mendunia. Ia adalah anak dari seorang ayah berkebangsaan Suriah bernama Abdul Fattah Jandali.
Jandali, ayah dari Jobs lahir pada 1931 di Homs, sebuah kota di negara asalnya. Ia merupakan seorang Muslim dan memiliki sang putra yang pindah ke AS pada 1950 lalu.
Seorang pengguna Twitter mengatakan bahwa keputusan Trump tampaknya perlu dipertimbangkan. Ia harus ingat bahwa tidak akan pernah ada penemuan teknologi canggih yang memudahkan banyak orang dengan produk-produk dari Apple.
"Anda bisa bayangkan jika melarang orang-orang masuk seperti imigran dari Suriah sekitar 50 tahun lalu berarti tidak akan pernah ada Apple," ujar Jerry Durham dilansir The Independent, Rabu (25/1).
Dalam sebuah pernyataan, Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan larangan masuknya pengungsi ke AS untuk sementara waktu. Hanya bagi orang-orang dari kelompok agama minoritas yang mengungsi karena menghindari hukuman mati hal itu akan dikecualikan.