REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Para pejabat Korut Utara (Korut ) dilaporkan sudah mengalihkan dukungan bagi sang pemimpin tertinggi Kim Jong Un. Mantan Wakil Duta Besar Korut untuk Inggris Thae Yong Ho mengungkapkan, perselisihan pendapat di antara kedua pihak itu semakin menajam dalam beberapa waktu terakhir.
“Kekuasaan Kim Jong Un tinggal menghitung hari,” ujar pria yang membelot dari Korut itu di Seoul, Korea Selatan (Korsel), seperti dikutip NBC News, Kamis, (26/1).
Thae Yong Ho menambahkan, pengawasan pemerintah terhadap para penduduk mulai melemah. Namun kini pemerintah Korut memberlakukan kebijakan pengetatan arus informasi. Meski begitu, warga masih bisa meloloskan beberapa informasi penting melalui beberapa jalur khusus.
“Perselisihan level kecil atau kritik terhadap rezim yang sampai hari ini dianggap tidak mungkin semakin terlihat nyata,” ujar pria yang melarikan diri dari Inggris ke Korsel, bersama keluarganyha pada Agustus 2016 lalu.
Ia mengatakan, kedua putranya menjadi pemicunya untuk melakukan pengkhiantan terhadap Korut. Sesampainya keluarga Thae Yong Ho di London, kedua putranya bertanya, mengapa Korut tidak mengizinkan akses internet, ketiadaan sistem hukum adil, serta eksekusi terhadap sejumlah pejabat tanpa persidangan.
Thae Yong Ho menambahkan, kedua putranya juga selalu diolok-olok oleh teman-temannya di Inggris karena sistem pemerintahan di Korut termasuk gaya rambutnya. “Hal ini membawa perdebatan dalam keluarga. Anak-anakku terus bertanya mengapa dan saya harus berkata sejujurnya,” jelasnya.
Menurutnya, rezim Kim Jong Un sangat kejam, terutama dalam memutus hubungan antara orangtua dengan anaknya. Hal itu dilakukan demi mengontrol para diplomat yang ditempatkan di luar negeri. Thae Yong Ho menyatakan, sekarang kedua putranya hidup bahagia sebab dapat merasakan kebebasan sesungguhnya di Korsel.