Kamis 26 Jan 2017 13:21 WIB

Inggris akan Perbarui Hubungan dengan AS

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Inggris baru Theresa May mendapat tepuk tangan dari anggota parlemen dari Partai Konservatif di Houses of Parliament di London, Senin, 11 Juli 2016.
Foto: AP Photo/Max Nash
Perdana Menteri Inggris baru Theresa May mendapat tepuk tangan dari anggota parlemen dari Partai Konservatif di Houses of Parliament di London, Senin, 11 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan akan memperbarui hubungan khusus antara negaranya dan Amerika Serikat (AS). Ia akan bertemu untuk pertama kalinya dengan presiden baru Negeri Paman Sam, Donald Trump pada Jumat (27/1).

May pertama kali akan melakukan perjalanan ke Philadelphia dan bertemu dengan sejumlah politikus senior Partai Republik. Kemudian, ia akan mengadakan pembicaraan tatap muka pertama dengan Trump di Gedung Putih.

Menurut May, ia hendak memberi tahu apa saja rencana Inggris setelah keluar dari Uni Eropa atau dikenal sebagai Brexit. Salah satu yang akan disampaikan oleh perempuan berusia 60 tahun itu adalah negaranya ingin meningkatkan hubungan dengan 'teman-teman lama', salah satunya AS.

"Inggris ingin meningkatkan hubungan dengan teman-teman lama negara kami dan memperbarui kerja sama dengan AS di zaman yang baru ini," ujar May dilansir BBC, Kamis (26/1). 

May menjelaskan tujuan kunjungannya kali ini juga dimaksudkan membangun hubungan bersejarah antara Inggris dan AS. Seluruhnya didiukung dengan nilai dan kepentingan bersama yang dimiliki kedua negara.

Sejumlah kerja sama antara Inggris dan AS pasca-Brexit meliputi bidang perdangan, keamanan, dan intelijen. Kemudian, May dan Trump juga mungkin membicarakan masa depan NATO.

"Saya tidak akan takut berbicara terus terang kepada Trump untuk hal-hal yang tidak saya setujui," kata May.

May akan menjadi pemimpin negara pertama yang bertemu secara langsung dengan Trump. Dengan undangan ke Gedung Putih, ia diyakini akan membuka kesempatan agar AS memberi dukungan terhadap Inggris pasca-Brexit

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement