REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Terpilihnya Presiden Donald Trump sebagai presiden AS mendapatkan respons dari berbagai kelompok militan di Timur Tengah. Tak terkecuali gerakan Taliban di Afghanistan.
Taliban menyerukan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan. Mereka mengatakan, tidak ada yang telah dicapai selama 15 tahun perang kecuali pertumpahan darah dan kehancuran.
Pernyataan tersebut dituliskan dalam sebuah surat terbuka kepada Presiden baru AS yang diterbitkan di situs resmi Taliban. Mereka menuliskan, AS telah kehilangan kredibilitas setelah menghabiskan satu triliun dolar dengan sia-sia.
"Jadi, tanggung jawab untuk membawa akhir dari perang ini juga bersandar pada bahu Anda (Trump)," kata Taliban, seperti dikutip Aljazirah.
Afghanistan diserang oleh AS pada 2001. Serangan itu telah menjadi intervensi terlama militer AS sejak Perang Vietnam.
Dalam surat itu, Taliban membenarkan pemberontakan yang sedang berlangsung. Mereka mengklaim, perjuangan kelompok mereka telah sah secara agama, intelektual, nasional, dan semua standar lainnya.
Sejauh ini, Trump tidak banyak membicarakan secara terbuka tentang Afghanistan. Sekitar 8.400 tentara AS masih berada di negara tersebut sebagai bagian dari pasukan koalisi pimpinan NATO untuk mendukung misi pelatihan bagi pasukan lokal serta mendukung misi kontraterorisme AS.
Dua pejabat keamanan di Pemerintahan Trump diketahui memiliki pengalaman yang luas di Afghanistan. Mereka adalah pensiunan Korps Marinir Jenderal James Mattis sebagai Menteri Pertahanan dan Jenderal Michael Flynn sebagai Penasihat Keamanan Nasional.
"Mereka akan menyerukan kelanjutan perang dan pendudukan di Afghanistan, karena mereka akan dapat memiliki posisi yang lebih baik dan memiliki hak istimewa dalam perang," ujar Taliban memperingatkan Trump.
Baca juga, Afghanistan Benarkan Pemimpin Taliban Tewas.
Taliban menyebut intervensi militer AS adalah sesuatu yang ilegal, tidak efektif, dan tanpa tujuan. Mereka mengatakan, rakyat Afghanistan hanya ingin menghentikan kekerasan, setelah hidup dalam peperangan selama 38 tahun.
"Mereka tahu, apapun yang menjadi penyebab perang-perang sebelumnya, penyebab utama adalah kehadiran pasukan asing di negara merdeka kami. Mereka harus menyadari negara Muslim Afghanistan hanya ingin bangkit melawan pendudukan asing," ungkap Taliban.
Taliban telah melakukan serangan terhadap pemerintah yang didukung kekuatan Barat di Kabul, sejak pasukan koalisi mengakhiri misi tempur pada 2014. Mereka sekarang hanya menguasai hanya dua pertiga Afghanistan.
Taliban telah berulangkali mendesak AS dan sekutunya untuk meninggalkan Afghanistan. Mereka mengesampingkan pembicaraan damai dengan pemerintah di Kabul, sementara pasukan asing tetap berada di tanah Afghanistan.