Jumat 27 Jan 2017 14:17 WIB

Raja Yordania akan Kunjungi Trump Senin Depan

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Winda Destiana Putri
King Abdullah II dari Yordania.
Foto: ABCNews
King Abdullah II dari Yordania.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Raja Yordania King Abdullah II akan mengunjungi Gedung Putih pada Senin (30/1) depan. Ini akan menjadi kunjungan pertama kali pemimpin Timur Tengah yang menemui Presiden AS Donald Trump.

Kedutaan Yordania mengumumkannya pada Kamis (26/1) waktu setempat. "Raja Abdullah II akan memulai kunjungan kerja ke AS pada hari Senin di mana ia akan bertemu dengan pemerintahan baru dan Kongres," demikian pernyataan kedutaan Yordania di Washington di Twitter. Namun dalam pernyataan tersebut tidak disebutkan kapan pertemuan antara Abdullah dan Trump dijadwalkan.

King Abdullah II baru saja selesai melakukan kunjungan ke Rusia. Presiden Vladimir Putin mengucapkan terima kasih kepada Yordania karena telah mendukung proses perdamaian Suriah. Yordania adalah bagian dari kampanye militer pimpinan AS melawan militan ISIS di Suriah.

Kurang dari satu pekan setelah menjadi presiden, Trump mengatakan kepada ABC News bahwa ia akan benar-benar melakukan zona aman di Suriah. Di mana pengungsi melarikan diri dari kekerasan. Trump juga menyalahkan Eropa yang dianggap telah membuat kesalahan dengan mengakui jutaan pengungsi dari Suriah.

Kunjungan King Abdullah itu tepat saat Trump sedang mempersiapkan untuk menandatangani sebuah perintah eksekutif yang akan mencakup larangan sementara untuk semua pengungsi. Dan juga suspensi visa bagi warga Suriah, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Yaman dan Iran.

Yordania telah kewalahan menampung masuknya pengungsi sejak konflik Suriah dimulai. Sebagian besar pengungsi dirujuk oleh badan pengungsi PBB ke Amerika Serikat berasal dari Yordania, Turki, Lebanon, Mesir dan Irak.

King Abdullah juga memiliki peran sebagai pemelihara situs suci Muslim di Yerusalem. Yordania juga menjadi kunci atas upaya Amerika Serikat untuk menengahi kesepakatan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sejak penciptaan Israel pada tahun 1948, Yordania telah menyerap gelombang pengungsi Palestina, serta buronan dari perang saudara 1975-1990 di Libanon dan dari Irak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement