Ahad 29 Jan 2017 06:31 WIB

Malala Desak Trump tak Tinggalkan Dunia yang Paling tak Berdaya

Rep: Wahyusuryana/ Red: Indira Rezkisari
Malala Yousufzai
Foto: EPA
Malala Yousufzai

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Malala Yousafzai, aktivis mahasiswa Pakistan dan peraih Nobel Perdamaian, mengungkapkan kesedihannya atas kebijakan AS pada pengungsi. Ia pun mendesak Presiden AS Donald Trump, untuk tidak meninggalkan dunia yang paling tidak berdaya.

"Hati saya hancur karena hari ini Presiden Trump menutup pintu bagi anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak yang melarikan diri dari perang dan kekerasan," kata aktivis berusia 19 tahun itu seperti dilansir Arab News, Ahad (29/1).

Yousafzai merupakan penerima Nobel Perdamaian termuda, yang telah dinobatkan bersama aktivis pendidikan India Kailash Satyarthi pada 2014 lalu. Sekarang, Yousafzai tinggal di Inggris dan tengah menjalani masa pemulihan usai mendapatkan perawatan medis, usai berkeliling dunia mengkampanyekan perdamaian.

Keputusan yang ditandatangani Trump sendiri berjudul "Perlindungan bangsa dari masuknya teroris asing ke AS". Gedung Putih memang belum mengumumkannnya secara resmi, tapi draft itu bocor ke media AS dengan rencana penangguhan seluruh program pengungsi pemukim AS, untuk setidaknya 120 hari usai aturan baru diterapkan.

Selain itu, Trump secara khusus melarang pengungsi Suriah ke AS, tanpa batas waktu atau sampai Trump memutuskan mereka tidak lagi menjadi ancaman. Hal ini turut menggugah kesedihan Yousafzai, yang bersama teman-temannya yang melarikan diri dari perang di Somalia, Yaman dan Mesir untuk belajar di AS.

"Hati saya hancur karena anak-anak pengungsi Suriah, yang telah menderita melalui enam tahun perang, terpaksa menerima diskriminasi dan hari ini harapannya bersatu kembali dengan saudaranya yang berharga telah meredup," ujar Yousafzai.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement