REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Biro Pelayanan Pers Kremlin melaporkan percakapan telepon pertama antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump telah dilakukan pada Sabtu (28/1) waktu setempat. Dalam percakapan yang berdurasi kurang lebih 45 menit tersebut, dibicarakan sejumlah hal berkaitan normalisasi hubungan Rusia dan Amerika Serikat.
Pembicara pertama, Putin terlebih dahulu memberi ucapan selamat kepada Trump atas pelantikannya sebagai Presiden AS. Setelahnya, pembicaraan mengenai normalisasi hubungan Rusia-Amerika Serikat secara kontruktif, setara dan saling menguntungkan.
"Percakapan berlangsung dengan cara yang positif dan bisnis," sebagaimana laporan Biro Pers yang dilansir media Rusia, Vestnik Kavkaza pada Sabtu (28/1).
Selanjutnya, bagian penting dari percakapan yakni membahas isu-isu internasional, termasuk perang melawan terorisme internasional, situasi di Timur Tengah, khususnya konflik Arab-Israel dan kesepakatan nuklir dengan Iran. Selain itu, juga dibahas bidang stabilitas strategis dan non-proliferasi, yakni semenanjung Korea dan krisis di Ukraina.
Dalam pembicaraan, Putin dan Trump setuju untuk mengatur kemitraan untuk memecahkan persoalan tersebut dan isu-isu lainnya. Para pihak yang disebut terorisme juga merupakan isu utama dalam agenda internasional. Karena ini juga, sebuah inisiatif diumumkan untuk membangun koordinasi AS dan Rusia sebagai aksi untuk mengalahkan kelompok-kelompok teroris di Suriah.
Kedua Presiden juga berbicara tentang perlunya untuk memulihkan perdagangan yang saling menguntungkan dan hubungan ekonomi antara perusahaan dari kedua negara untuk lebih menjamin keberlanjutan perkembangan hubungan Rusia-Amerika.
Para pemimpin Rusia dan Amerika Serikat sepakat untuk mengatur pertemuan pribadi dalam waktu dekat, serta untuk terus mempertahankan kontak dengan satu sama lain.
Donald Trump meminta Putin untuk menyampaikan keinginan kebahagiaan dan kemakmuran bagi rakyat Rusia, serta menambahkan bahwa orang-orang Amerika seperti Rusia dan warganya.
Vladimir Putin juga mencatat bahwa Federasi Rusia memiliki perasaan yang sama dengan warga negara AS, mengingat bahwa Rusia telah mendukung Amerika selama lebih dari dua abad, dan sekutunya di perang dunia kedua. Presiden Rusia juga menggarisbawahi, bahwa hari Federasi Rusia menganggap Amerika Serikat mitra kunci dalam perang melawan terorisme internasional.