REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Wakil Sekretaris Jenderal Liga Arab untuk Urusan Palestina, Abu Gali, berharap, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tidak melanjutkan rencana pemindahan kantor Kedutaan Besar (Kedubes) AS untuk Israel ke Yerusalem. Menurutnya, selain akan mengganggu proses perdamaian Israel-Palestina, pemindahan Kedubes itu juga dianggap melanggar ketentuan hukum internasional.
Sebelumnya, dalam kampanyenya di pemilihan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memang sempat berjanji bakal memindahkan Kantor Kedubes AS untuk Israel ke Yerusalem. Selain itu, Trump juga berjanji akan mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel.
''Mengingat posisinya sekarang, Presiden Trump harus lebih hati-hati dalam menjalankan semua rencana dan janjinya pada saat masa kampanye silam,'' kata Gali seperti dikutip AFP, Ahad (29/1).
Status kota Kuno Yerusalem memang menjadi salah satu poin pembahasan yang cukup alot dalam pembicaraan damai Israel-Palestina. Israel berencana akan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota negara. Sementara, Palestina berniat menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina Merdeka.
''Kami berharap, Pemerintahan AS yang baru bisa mempertimbangkan kembali posisinya. Sehingga mereka memiliki peran yang lebih baik, terutama dalam hal mensponsori proses pembicaraan perdamaian kedua negara,'' kata Abu Gali.
Lebih lanjut, Gali menyebut, rencana pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem tidak hanya menghambat proses perdamaian, tetapi juga melanggar ketentuan hukum internasional, yang telah dikeluarkan PBB. Terutama terkait status kota kuno Yerusalem, yang saat ini masih dianggap sebagai bagian dari wilayah pendudukan Israel atas Palestina.
''Rencana pemindahan Kedubes itu juga bentuk serangan terhadap hak-hak warga Palestina, yang berencana membuat Yerusalem bagian Timur sebagai ibukota negara mereka kelak,'' katanya.
Pada awal pekan ini, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, kembali menagih janji kampanye Trump tersebut. Netanyahu bahkan berharap, pemindahan Kedubes itu tidak hanya dilakukan oleh Amerik Serikat tapi diikuti pula oleh negara-negara lain.
Baca juga, Ini Hasil Konferensi Yerusalem di Jakarta.