Senin 30 Jan 2017 21:45 WIB

Trump Minta Bantuan Raja Teluk Bangun Zona Aman Suriah

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS terpilih, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS terpilih, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Raja Salman dari Arab Saudi melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden AS Donald Trump. Menurut Gedung Putih, dalam pembicaraan telepon yang dilakukan pada Ahad (29/1) itu keduanya sepakat  membangun zona aman di Suriah dan Yaman.

Selama kampanye, Trump sering meminta negara-negara Teluk mau membiayai pembangunan zona aman untuk melindungi para pengungsi Suriah. Dalam pembicaraan telepon itu, keduanya sepakat memperkuat hubungan dalam memerangi penyebaran ISIS.

"Presiden meminta dan Raja menyetujui. Raja akan mendukung pembangunan zona aman di Suriah dan Yaman. Mereka juga mendukung ide masing-masing menolong para pengungsi yang terusir dari rumahnya akibat konflik," kata Gedung Putih.

Kantor berita Saudi tak menyebutkan zona aman secara spesifik seperti apa. Namun mengonfirmasi jika kedua pemimpin negara itu memperdalam dan memperkuat hubungan. Selain itu juga hanya menyebutkan setuju membangun zona aman di Suriah tapi tak menyebutkan pembangunan zona aman di Yaman. Saat ini Saudi sedang berperang dengan Yaman karena pemimpin Yaman berasal dari kelompok Houthi yang bersekutu dengan musuh Saudi, Iran.

Seorang sumber senior Saudi mengatakan, Trump dan Raja Salman berbicara melalui sambungan telepon selama lebih dari satu jam. Mereka sepakat memerangi terorisme dan melakukan kerja sama militer dan meningkatkan kerja sama ekonomi.

Namun sumber tersebut tak memiliki komentar mengenai apakah dua pemimpin itu setuju mengenai perintah Trump yang melarang pengungsi masuk AS selama empat bulan ke depan dan melarang warga dari sejumlah negara mayoritas Muslim seperti Irak, Iran, Suriah, Yaman, Libya, Somalia masuk ke negaranya.

Sumber tersebut juga menyatakan, AS akan memimpin pasukan koalisi untuk menghancurkan ISIS dan mengusir mereka dari Suriah dan Irak. Gedung Putih menyatakan, kedua pemimpin setuju Iran membuat wilayah Timur Tengah tak stabil. SPA mengonfirmasi laporan itu namun tak menyebutkan Iran secara spesifik.

Kedua kepala negara itu sama-sama memiliki pandangan yang sama mengenai kebijakan Iran di wilayah Timur Tengah. Trump setuju dengan kecurigaan Saudi mengenai semakin meningkatnya aktivitas Iran menyebarkan pengaruhnya ke Timur Tengah. Namun Iran selalu menolak tudingan itu.

Gedung Putih menyebutkan, kedua pemimpin negara itu juga melakukan diskusi mengenai undangan dari Raja kepada Trump untuk memimpin Timur Tengah memerangi terorisme dan membangun masa depan baru, ekonomi, sosial untuk Saudi dan wilayah Timur Tengah.

Keduanya juga mendiskusikan Ikhwanul Muslimin. Sumber senior Saudi mengatakan, Usamah bin Laden direkrut saat organisasi itu masih awal. Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab menyebut Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.

Para pejabat AS sekarang sedang melakukan diskusi dabmn debat apakah akan memasukkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris atau bukan. Trump juga berbicara dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan mengenai Ikhwanul Muslimin. Sang Putra Mahkota mengatakan, kelompok tersebut menghidupkan slogan-slogan palsu dan ideologi untuk menutupi kebenaran kriminal mereka dengan menyebarkan kekacauan dan kehancuran.

Sang Putra Mahkota juga setuju dengan keinginan Trump membangun zona aman di Timur Tengah saat Trump minta pendapatnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement