REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pembunuhan seorang pengacara Muslim terkemuka Myanmar, Ko Ni, disebut sebagai aksi teroris. Bahkan, partai berkuasa Myanmar menyangka pembunuhan yang terjadi di luar Bandara Yangon itu miliki unsur politik.
"Kami sangat mengecam pembunuhan Ko Ni karena ini merupakan tindakan terorisme terhadap kebijakan Partai NLD," kata pernyataan resmi NLD, seperti dilansir Saudi Gazette, Selasa (31/1).
Ko Ni, yang merupakan penasihat hukum untuk Partai National League for Democracy (NLD), ditembak di bagian kepala pada Ahad (29/1) sore, saat menunggu di luar Bandara Yangon. Sebuah foto drmatatis yang beredar di media sosial, menunjukkan momen saat pelaku yang bersenjata itu berdiri di belakangnya, sesaat sebelum menembak.
Polisi belum bisa mengungkap apa yang menjadi motif pelaku, tapi Ko Ni sendiri merupakan tokoh Muslim terkemuka yang lantang suarakan penolakan atas sentimen anti-Muslim dari umat Buddha garis keras. Supir taksi yang mencoba menghentikan aksi penembakan, ikut jadi korban yang meninggal sebelum pelaku ditangkap.
Ko Ni baru saja kembali dari kunjungan pemerintah ke Indonesia, untuk membicarakan ketegangan sektarian di Rakhine. Sebelumnya, Ko Ni senantiasa bersuara keras mengkritik hukum yang dipengaruhi nasionalis Buddha, dengan dukungan Tentara Myanmar yang memaksa puluhan ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke berbagai negara.