REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pemerintah Bangladesh akan segera memindahkan puluhan ribu pengungsi Muslim Rohingya ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala. Mereka dilaporkan akan dibawa ke Pulau Thengar Char, sebelum dipulangkan ke Myanmar.
Kelompok-kelompok HAM telah menyatakan keberatan atas rencana relokasi paksa tersebut. Pulau Thengar Char diketahui sering mengalami banjir saat air pasang dan pulau itu tidak memiliki sistem pertahanan banjir.
Thengar Char yang kini dihuni 600 ribu jiwa itu dibentuk sekitar satu dekade lalu oleh sedimen dari Sungai Meghna dan tidak muncul di dalam peta. Pulau dengan dataran rendah ini terletak sekitar 30 km dari timur pulau Hatiya dan harus menempuh sembilan jam perjalanan dari kamp-kamp pengungsi Rohingya.
"Thengar Char hanya dapat diakses selama musim dingin dan merupakan surga bagi bajak laut," ujar seorang pejabat setempat, dilansir dari BBC.
Pejabat itu mengatakan, pepohon telah ditanam di pantai dalam upaya untuk melindungi daratan dari banjir. Namun upaya yang telah dilakukan selama satu dekade ini belum selesai.
"Pulau ini benar-benar banjir selama musim hujan. Ide yang buruk untuk mengirim seseorang untuk tinggal di sana," kata dia.
Di Myanmar, Rohingya ditolak untuk mendapatkan kewarganegaraan dan diperlakukan sebagai imigran ilegal dari Bangladesh. Tapi di Bangladesh juga mereka tidak diinginkan, sehingga selama ini hidup tanpa kewarganegaraan.
Sekitar 65 ribu Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak Oktober lalu, dari kekerasan di negara bagian Rakhine. Sebanyak 232 ribu orang, baik yang terdaftar atau tidak terdaftar, sudah tinggal di Bangladesh sebelum kekerasan terjadi.
Pemerintah Bangladesh telah membentuk sebuah komite untuk membantu mengidentifikasi dan merelokasi pengungsi dari Myanmar yang tidak berdokumen. Hal ini dilakukan sebagai upaya Bangladesh untuk membangkitkan kembali industri pariwisata, yang disetujui Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Kamp pengungsian kumuh Cox Bazar, yang menampung 32 ribu Rohingya, adalah kamp pantai terpanjang di dunia yang dekat dengan lokasi resor terbesar Bangladesh. Pemerintah Bangladesh takut kehadiran pengungsi Rohingya dapat menurunkan angka kunjungan wisatawan.