REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Iran dikabarkan baru saja meluncurkan uji coba rudal balistik jarak menengah. Atas tindakan tersebut, Israel menuduh Iran telah melakukan pelanggaran berat terhadap resolusi Dewan PBB.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia akan membahas untuk memperbaharui sanksi ketika ia bertemu Presiden AS Donald Trump pada bulan Februari mendatang. Iran telah melakukan beberapa uji coba sejak 2015, di mana kesepakatan nuklir yang membebaskan sanksi terhadap negara itu. Hal ini belum jelas apa jenis rudal yang diluncurkan, atau jika secara eksplisit melanggar resolusi PBB.
Seperti diketahui Resolusi 2010, melarang Iran untuk melakukan percobaan pada rudal balistik yang mampu memberikan hulu ledak nuklir dihentikan setelah kesepakatan nuklir dengan enam kekuatan dunia dilaksanakan. BBC pada Selasa (31/) melaporkan, Netanyahu adalah pengecam keras dari kesepakatan nuklir dengan Iran, yang menyerukan pemberantasan negara Yahudi. Kecaman Benjamin Netanyahu dari uji coba rudal Iran jelas dimaksudkan untuk mendorong pemerintahan baru Trump untuk mengambil tindakan terhadap Teheran.
Uji coba rudal Iran tersebut kontroversial. Sementara mereka tidak melanggar ketentuan kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara besar, karena tidak termasuk pengembangan rudal. Namun mungkin Iran melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231, yang menyerukan kepada Iran untuk tidak melakukan aktivitas yang berhubungan dengan rudal balistik, yang mampu memberikan senjata nuklir.
Iran bersikeras bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk senjata nuklir, sedangkan uji coba tidak dilarang. Iran mengatakan program nuklirnya adalah murni untuk tujuan damai, tetapi kekuatan dunia menduga mereka berusaha mengembangkan senjata nuklir.
Gedung Putih menyatakan sedang mempelajari rincian insiden itu. Sementara pejabat AS yang tak menyebutkan namanya mengatakan rudal itu telah putus sebelum ujian selesai. "Tidak akan ada lagi izin bagi Iran untuk pelanggaran rudal balistik yang berulang-ulang," kata Senator AS Bob Corker, Ketua Hubungan Luar Negeri.
Trump sebelumnya menyebutk kesepakatan nuklir Iran sebagai bencana. Dan sepertinya ia akan meninggalkan kesepakatan tersebut. Tapi itu telah menarik kecaman dari para tokoh senior, termasuk mantan direktur Central Intelligence Agency, John Brennan.
Brennan, yang mengundurkan diri ketika Presiden Trump menjabat, mengatakan kepada BBC akhir tahun lalu yang mengatakan meninggalkan perjanjian akan menjadi puncak kebodohan dan bencana. Tapi Mike Pompeo, yang telah berhasil menggantikan Brennan sebagai direktur CIA, adalah seorang kritikus terkemuka dari kesepakatan tersebut.