Selasa 31 Jan 2017 19:06 WIB

Pembunuhan Aktivis Pembela Rohingya Nodai Demokrasi di Myanmar

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang pengungsi etnis Rohingya membawa anaknya di kamp pengungsi Pha Du di Sittwe, Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Rabu, (1/8).
Foto: Khin Maung Win/AP
Seorang pengungsi etnis Rohingya membawa anaknya di kamp pengungsi Pha Du di Sittwe, Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Rabu, (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kartika Nur Rakhman, mengecam keras peristiwa penembakan pengacara muslim sekaligus  penasihat hukum Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) U Ko Ni di bandara Yangon, Myanmar, Ahad (29/01).

Nur Rakhman menyebut, peristiwa ini menambah rentetan panjang peristiwa berdarah di negara pemenang Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi tersebut, setelah peristiwa pembantaian muslim Rohingya. Pembunuhan U Ko ni yang juga dikenal sebagai pengacara yang concern pada isu HAM di Myanmar sepulangnya dari Indonesia untuk belajar resolusi konflik, sangat menyentak Indonesia.

''Peristiwa ini menodai proses demokratisasi dan menambah catatan buruk dalam penegakan HAM di Myanmar, kami mengecam tindakan brutal ini,'' kata Nur Rakhman, dalam siaran persnya, Selasa (31/01).

Pernyataan senada disampaikan Phirman Reza, ketua bidang sosial kemasyarakatan PP KAMMI. Ia menyatakan, Pemerintah Myanmar harus mengusut kasus ini sampai tuntas, dan dilakukan secara independen dan dapat ditemukan aktor intelektual di balik penembakan ini.

Phirman yang concern pada isu kemanusiaan di Rohingya juga menegaskan, penembakan U Ko Ni tidak akan menyurutkan komunitas internasional untuk terus memperjuangkan hak hak etnis rohingya di Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement