REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggirs Theresa May mengalami posisi yang sulit ketika bermaksud mengundang Donald Trump kenegaranya. Pejabat senior di Istana Buckingham Lord Ricketts mengatakan terkejut dengan undangan May yang cepat.
Petisi untuk membatalkan kunjungan Donald Trump sudah terkumpul sebanyak 1,6 juta tanda tangan. Petisi yang berlawanan baru berhasil mengumpulkan 90 ribu tanda tangan.
Pada Senin (30/1) ratusan orang memprotes kebijakan Trump yang melarang masuknya tujuh warga negara mayoritas muslim. Di parlemen Inggirs kebijakan imigrasi masih menjadi perdebatan.
"Akan jauh lebih bijaksana jika melihat presiden macam apa ia sebelum menyarankan Ratu untuk mengundangnya. Sekarang Ratu dalam posisi yang sangat sulit," katanya seperti dilansir BBC, Selasa (31/1).
Lord Ricketts mengatakan program kunjungan harus ditunda sampai Trump mendapat undangan resmi tahun ini. Ia mengatakan Ratu Elizabeth menginginkan kunjungan yang hangat, bernuasa perayaan dan keakraban. Namun kunjungan negara menjadi sedikit kontroversial.
"Ratu seakan masuk ke dalam periode awal Kepresidenan Trump yang turbulensi, ketika kebijakan kontroversial diumumkan," katanya.
Belum ada tanggal resmi dari rencana kunjungan ini. Biasanya para kepala negara akan menginap di Buckingham Palace milik Ratu Elizabeth.