REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI - Maskapai penerbangan Emirates Airline telah mengganti daftar pilot dan pramugari, khusus untuk penerbangan ke Amerika Serikat (AS). Penggantian itu dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan eksekutif yang melarang warga dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk mengunjungi AS.
Operator penerbangan jarak jauh terbesar di dunia yang melayani penerbangan ke 11 kota di AS itu masih beroperask ke AS sesuai jadwal. Emirates mengaku segera melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk mematuhi peraturan baru Presiden Trump.
Juru bicara Emirates mengatakan, dampak dari larangan Trump akan diminimalisir. Maskapai ini mempekerjakan lebih dari 23 ribu pramugari dan sekitar 4.000 pilot dari seluruh dunia, termasuk AS, Eropa, dan Timur Tengah.
Selain Emirates, maskapai penerbangan Etihad Airways juga mengalami kendala serupa. Kedua maskapai asal Dubai itu dimiliki oleh Pemerintah Uni Emirat Arab, sekutu AS dan negara-negara mayoritas Muslim.
Kedua operator penerbangan itu mengatakan mereka akan terus mematuhi aturan imigrasi baru di AS. Emirates dan Etihad juga menyatakan, meski banyak penumpang yang terkena larangan selama akhir pekan ini, tetapi awak penerbangan mereka tidak terkena dampak.
Presiden Trump pada Jumat (27/1) lalu menangguhkan sementara masuknya warga Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman ke AS. International Air Transport Association (IATA) mengatakan, keputusan Trump itu membuat transportasi udara mengalami kekacauan.
"Keputusan ini menimbulkan kebingungan administrasi, ketidakpastian bagi banyak wisatawan, serta membuat operator penerbangan sakit kepala karena harus kembali mengatur program penerbangan mereka," ujar konsultan penerbangan independen, John Strickland.
Larangan Trump juga berlaku untuk pilot dan pramugari yang berasal dari tujuh negara terlarang. Padahal semua awak pesawat yang bukan warga negara AS sudah memiliki visa khusus untuk memasuki negara itu.
"Trump bereaksi dalam 140 karakter, kita tidak tahu apa artinya. Larangan itu hanya untuk mereka yang memiliki paspor dari tujuh negara itu, atau mereka dengan kewarganegaraan ganda atau mereka yang menikah dengan seseorang dari salah satu negara yang terkena dampak, apakah mereka diizinkan untuk melakukan perjalanan?" kata Nicoley Baublies, dari serikat awak kabin German, UFO dilansir laman Reuters.