REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Chief Executive Officer (CEO) Uber Technologies Inc, Travis Kalanick keluar dari tim penasihat bisnis Donald Trump pada Kamis (2/2). Ia mendapat tekanan dari aktivis yang menolak kebijakan imigrasi pemerintahan.
Kritik juga berdatangan dari para pengemudi Uber yang sebagian besar adalah imigran. "Bergabung dengan kelompok itu tidak berarti mendukung presiden dengan agendanya, tapi tetap saja terlihat seperti itu," kata Kalanick yang seharusnya rapat tim penasihat pada Jumat ini.
Juru bicara Uber, Chelsea Kohler telah mengonfirmasi mundurnya CEO dari penasihat bisnis Trump. Selama ini tekanan muncul di media sosial. Ada kampanye yang menyeru penduduk untuk menghapus akun Uber dan lebih memilih Lyft.
Uber bahkan telah mengirim pesan pada pengguna bahwa saham mereka akan diberikan pada pengemudi yang terimbas larangan. Kalanick sudah bicara pada Trump soal perintah eksekutif itu dan dampaknya pada komunitasnya. Hingga akhirnya ia mengatakan tidak akan bergabung dengan dewan ekonomi Trump.
Gedung Putih tidak memberikan komentar setelah Kalanick mundur. Kelompok penasihat bisnis yang ditinggalkan CEO Uber itu berisi sejumlah CEO perusahaan besar. Seperti General Motors Co, Walt Disney, Blackstone Group, Wal-Mart Store, Tesla Motors, PepsiCo hingga Boston Consulting Group.
Perusahaan-perusahaan besar Silicon Valey seperti Microsoft, Google, Apple, dan Amazon telah terang-terangan menolak perintah eksekutif Trump. Mereka mengatakan perusahaan besar Silicon Valey bergantung pada pekerja imigran seluruh dunia. Amazon dan Expedia bahkan ikut mengajukan dokumen tuntutan ke pengadilan untuk menentang perintah eksekutif tersebut.