Sabtu 04 Feb 2017 00:37 WIB

Malaysia Kirim Bantuan untuk Muslim Rohingya di Myanmar

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Jumat (4/2) meluncurkan satu kapal berisi ribuan ton makanan dan persediaan darurat untuk para Muslim Rohingya Myanmar. Namun, tidak jelas ke mana sebagian besar bantuan tersebut akan dikirimkan.

Kapal membawa 2.200 ton barang, yang 500 ton di antaranya akan diturunkan di kota terbesar Myanmar, Yangon.

Rencana untuk menurunkan sisanya ke negara bagian Rakhine di perbatasan dengan Bangladesh, tempat masyarakat Rohingya berada, masih belum diketahui.

Najib selama ini bersuara lantang menyangkut perlakuan yang dialami minoritas Muslim Rohingya di Myanmar. Najib mendesak pemerintah negara berpenduduk mayoritas pemeluk Budha itu untuk menghentikan serangan-serangan terhadap kaum Muslim Rohingya.

Pemerintah Myanmar, yang dipimpin oleh pemenang hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, membantah tuduhan tersebut.

Pemerintah Maynmar berkilah bahwa banyak laporan soal kekerasan terhadap warga Rohingnya merupakan kabar palsu. Suu Kyi juga bersikeras bahwa kerusuhan di Negara Bagian Rakhine, tempat banyak warga Rohingya tinggal, merupakan masalah dalam negeri

"Momen ini bersejarah ... suatu upaya mulia yang menunjukkan bahwa semua kepedihan dan penderitaan warga Rohingya di Myanmar tidak akan diabaikan," kata Najib saat berpidato di pelabuhan dekat Kuala Lumpur. "Kami mendengar kepedihan mereka, mereka yang diperkosa, dibunuh dan dibakar hidup-hidup."

Pasukan keamanan Myanmar melancarkan operasi di Rakhine pada Oktober setelah sembilan polisi tewas dalam serangan di pos-pos perbatasan. Pemerintah menuding masyarakat Rohingnya, yang dibantu milisi-milisi asing, sebagai pelaku serangan.

Sejak itu, setidaknya 86 orang tewas dan sekitar 66 ribu lainnya mengungsikan diri ke Bangladesh. Para pengungsi, warga dan kelompok-kelompok pejuang hak asasi manusia mengatakan pasukan Myanmar telah melakukan kekerasan, termasuk hukuman mati tanpa peradilan serta pemerkosaan.

Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan dalam pernyataan bahwa Bangladesh telah memutuskan untuk tidak memberikan izin bagi kapal kiriman Malaysia itu untuk merapat di pelabuhan Teknaf, Bangladesh, tempat banyak pengungsi dari Rakhine berada. Menlu Malaysia Anifah Aman telah meminta Komisioner Tinggi Bangladesh untuk Malaysia mengupayakan agar keputusan itu diubah. Myanmar juga belum mengizinkan kapal tersebut berlayar menuju Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement