Ahad 05 Feb 2017 07:13 WIB

40 Ribu Orang Gelar Unjuk Rasa Anti-Trump di London

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Aksi unjuk rasa memprotes kebijakan Presiden AS Donald Trump yang melarang masuk imigran Muslim.
Foto: EPA/Tracie Van Auken
Aksi unjuk rasa memprotes kebijakan Presiden AS Donald Trump yang melarang masuk imigran Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebanyak 40 ribu orang menggelar unjuk rasa menolak kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump, di London, Sabtu (5/2). Mereka bersumpah, Trump tidak akan berhasil menebarkan amarah dan kebencian ke seluruh dunia.

Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Kedutaan Besar AS di London sebelum berbaris menuju Downing Street. Mereka membawa sejumlah spanduk, serta meneriakkan slogan-slogan yang mendukung pengungsi dan mengkritik Islamofobia.

"Saya telah berada di Inggris selama enam tahun. Saya di sini untuk memberitahu Trump bahwa tidak peduli apa yang dia putuskan untuk melarang kami memasuki AS, dia tetap tidak akan berhasil menghasut amarah. Dia dapat menghentikan kami memasuki negara itu, tetapi dia tidak akan membungkam kami," ujar Arej (31 tahun), pengungsi asal Libya yang mendapat suaka di Inggris, seperti dilansir dari laman the Independent.

Pengunjuk rasa lainnya, Eman (18), asal Sudan, mengatakan sebagai seorang imigran, ia tahu bagaimana rasanya berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak menerima kehadirannya. Ia mengaku dibesarkan di wilayah yang didominasi oleh warga kulit putih.

"Di sekolah saya digertak karena saya mengenakan jilbab dari usia muda dan memiliki warna kulit yang berbeda," ujarnya.

Setelah tiba di luar kediaman resmi perdana menteri Inggris di Downing Street, pengunjuk rasa berkumpul untuk mendengar pidato dari tokoh Muslim terkemuka, serta politikus dan aktivis yang mengutuk larangan imigrasi Trump. Mereka meminta Perdana Menteri Theresa May untuk menentangnya.

Baca juga, Hollande: Donald Trump Membuatmu Ingin Muntah.

Sebelumnya, pada Senin (30/1), ribuan orang juga berkumpul di luar Downing Street untuk memprotes Perdana Menteri May yang mengundang Trump untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris. Sebuah petisi yang meminta anggota parlemen agar memblokir kunjungan kenegaraan Trump, telah mendapatkan lebih dari satu juta tanda tangan.

Sementara Mei menegaskan, AS berhak mengatur kebijakan imigrasi sendiri. Kebijakan tersebut diambil tanpa persetujuan atau gangguan dari Inggris. Pekan lalu, Presiden Trump memutuskan untuk menghentikan penerimaan pengungsi di AS selama 120 hari. Trump juga melarang warga dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk memasuki AS sementara waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement