REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan berusaha menciptakan perdamaian di Ukraina. Sejak 2014 lalu, wilayah timur di salah satu negara Eropa tersebut mengalami konflik.
Konflik di timur Ukraina terjadi setelah pemberontakan oleh kelompok-kelompok pro Rusia di wilayah itu. Gencatan senjata disepakati antara pasukan masing-masing pihak pada Februari 2015.
Tetapi, sejumlah pelanggaran dilaporkan masih kerap terjadi. Kesepakatan untuk memperbarui gencatan senjata pada 23 Desember 2016 lalu.
"Kami akan bekerja untuk Ukraina, Rusia, dan seluruh pihak yang terlibat dalam mengatasi konflik yang terjadi di perbatasan kedua negara tersebut," ujar Trump dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (4/2).
Sebelumnya, Presiden Ukraina Petro Poroschenko telah membahas situasi konflik yang terjadi di wilayah timur negaranya dengan Trump. Kedua pemimpin disebut saling menyatakan keprihatinan atas memburuknya kondisi di daerah perbatasan dengan Rusia tersebut.
Pekan ini, sebanyak 35 orang dilaporkan tewas menyusul eskalasi kekerasan di timur Ukraina. Baik pasukan pemerintah maupun oposisi saling menyalahkan atas sejumlah pertempuran yang terjadi.
Secara terpisah, Trump menegaskan kepada Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni bahwa AS tetap berkomitmen untuk NATO. Aliansi tersebut sangat berperan untuk memiliki kekuatan pertahanan bersama-sama. Masing-masing negara anggota, menurutnya harus berbagi beban biaya dalam hal itu.
Baca juga, Polisi Ukraina Tangkap Pria Diduga Rencanakan Serangan Truk.