Sabtu 11 Feb 2017 14:39 WIB

Ratusan Imigran Ditangkap di AS

Aksi protes atas kebijakan Presiden Trump terkait perintah menangguhkan semua imigrasi dari negara-negara dengan keprihatinan terorisme, yaitu Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia dan Yaman.
Foto: AP
Aksi protes atas kebijakan Presiden Trump terkait perintah menangguhkan semua imigrasi dari negara-negara dengan keprihatinan terorisme, yaitu Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia dan Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Badan imigrasi federal Amerika Serikat menangkap ratusan imigran tanpa dilengkapi dokumen di sedikitnya empat negara bagian pada pekan ini. Penangkapan itu disebut dilakukan dalam operasi rutin penegakan hukum, Jumat (10/2) waktu setempat (Sabtu WIB).

Laporan mengenai pembersihan imigran pada pekan ini menimbulkan keprihatinan di antara para kuasa hukum dan keluarga imigran. Apalagi terjadi setelah perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang membatasi para pengungsi dan imigran dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim. Perintah tersebut saat ini masih ditangguhkan.

"Kekhawatiran melanda rumah-rumah imigran dan orang-orang yang lahir di Amerika Serikat yang mencintai para imigran sebagai teman dan keluarga," kata Direktur Eksekutif Forum Imigrasi Nasional Ali Noorani. "Laporan penggerebekan di permukiman imigran menjadi keprihatinan yang mendalam."

Direktur Penegakan dan Penindakan Kantor Imigrasi dan Bea Cukai AS di Los Angeles, David Marin mengatakan, tindakan penegakan hukum dilakukan di Atlanta, New York, Chicago, Los Angeles dan wilayah-wilayah di sekitarnya.

Hanya lima dari 161 orang yang tertangkap di California Selatan tidak pernah mendapatkan prioritas penindakan di bawah pemerintahan Obama, kata dia. Lembaga tersebut tidak menyebutkan jumlah keseluruhan yang ditahan.

Namun Kantor Imigrasi Atlanta, menurut juru bicaranya Bryan Cox mengatakan, kantor dengan wilayah tugas tiga negara bagian itu menangkap 200 orang.

Menurut Marin, penangkapan 161 orang di wilayah Los Angeles tersebut dilakukan di kawasan yang termasuk tujuh kabupaten padat penduduk. Ia menyebutkan operasi lima hari itu sebagai gelombang penegakan hukum.

Dalam telekonferensi dengan sejumlah wartawan, dia menyatakan bahwa beberapa tindakan itu rutin dilakukan. Salah satunya, kata dia, pada akhir musim panas di Los Angeles saat masih di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama.

"Beberapa laporan mengenai pos pemeriksaan ICE dan operasi pembersihan secara acak, maka itu semua palsu, berbahaya, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan," kata Marin. "Laporan-laporan itu sepertinya menciptakan kepanikan," ujarnya.

Menurut dia, orang-orang yang ditangkap di California Selatan, hanya 10 orang yang tidak punya catatan kriminal. Di antara mereka terdapat lima orang yang mendapatkan perintah prioritas untuk dideportasi.

Michael Kagan, seorang profesor hukum imigrasi di University of Nevada, Las Vegas, mengemukakan bahwa para pendamping hukum imigran prihatin dengan penangkapan yang dapat memberikan isyarat dimulainya penegakan hukum lebih agresif dan meningkatkan deportasi di bawah pemerintahan Trump.

"Kedengarannya seolah-olah mayoritas orang-orang yang akan mendapatkan prioritas di bawah pemerintahan Obama juga," kata Kagan saat diwawancarai melalui telepon. "Namun beberapa lainnya mungkin mengindikasikan pembatasan pertama dari gelombang penangkapan baru dan deportasi."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement