REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sektor pariwisata Indonesia dinilai perlu untuk memanfaatkan sebesar-besarnya kebesaran "branding" kopi Indonesia yang sudah sangat terkemuka di berbagai belahan dunia. Kopi asal Tanah Air dinilai masih lebih banyak diberdayakan nilai tambahnya oleh pihak asing.
"Branding kopi Indonesia di tingkat internasional sudah sangat terkenal," kata barista atau pakar peracik kopi Petrus Matheos P, yang turut serta dalam eksibisi "Wonderful Indonesia" dalam ajang Travel Tour Expo (TTE) 2017 di Manila, Filipina, Sabtu (11/2).
Petrus telah beberapa kali mengikuti even mengikuti delegasi asal Indonesia sebagai barista di sejumlah pameran ekspo internasional, seperti di Vietnam dan Finlandia.
Di Finlandia, dia mengaku kaget bahwa ditemukan produk kopi yang menjadi pihak distributornya adalah perusahaan dari Swedia, padahal bisa saja biji kopi tersebut berasal dari Indonesia. Untuk itu, sangat disayangkan bila pihak yang mendapatkan nilai tambah adalah dari luar, tetapi bukannya dari Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara penghasil bijih kopi di tingkat global.
Apalagi, kopi pada saat ini juga telah melalui tahap sosialisasi yang cukup bagus di nusantara, dengan gerai kopi tersebar di mana-mana, mulai dari berbagai kota besar hingga ke pelosok daerah kecil.
Pada tahun 2016, lembaga Specialty Coffee Association of America menetapkan Indonesia sebagai 2016 Official Portrait Country dalam pameran SCAA 2016 yang berlangsung di Atlanta, Georgia, AS, 14-17 April 2016.
Penetapan tersebut dinilai mampu meningkatkan national branding atau citra Indonesia di tingkat internasional sebagai penghasil kopi terbaik dunia. Apalagi, pameran SCAA 2016 di negara Paman Sam tersebut juga dilaporkan dikunjungi oleh lebih dari 12 ribu orang.
Sedangkan Paviliun Indonesia ketika itu juga menampilkan specialty coffee terbaik dari seluruh daerah penghasil kopi Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua.
Indonesia juga dikenal memiliki varian kopi terbanyak dengan jumlah hampir 100 jenis varian kopi arabika yang diciptakan sejak 1699. Beberapa jenis diantaranya yang terkenal adalah Sumatra Lintong, Sumatera Solok Minang, Java Preanger, Java Estate, Sulawesi Toraja, Papua Wamena, dan lain sebagainya.
Berdasarkan data yang dilansir UN Comtrade, Pada 2014, impor kopi Amerika mencapai 5,88 miliar dolar AS atau setara 18,9 persen dari total impor dunia. Nilai tersebut meningkat 10,48 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara pada 2015 untuk periode Januari-November, nilai ekspor kopi Indonesia tercatat 1,12 miliar dolar AS atau meningkat 19,4 persen jika dibanding periode yang sama pada 2014.
Dari nilai tersebut, Amerika masih tetap menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan nilai 255,76 juta dolar AS atau dengan pangsa mencapai 22,85 persen, disusul Jepang dengan nilai 98,2 juta dolar AS atau 8,7 persen, dan Jerman senilai 84,9 juta dolar AS atau 7,6 persen.