REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Hizbullah Lebanon menyatakan dukungan untuk perdamaian Suriah. Kelompok itu berharap agar proses perundingan damai yang menghasilkan kesepakatan untuk gencatan senjata antara dua pihak yang bertikai di negara itu dapat terus berlangsung.
"Kami berharap gencatan senjata antara dua belah pihak dapat terus dipatuhi dan gencatan senjata berikutnya membuat solusi politik dapat dihasilkan untuk perdamaian Suriah," ujar pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah, Ahad (12/2).
Konflik Suriah berlangsung selama lebih dari lima tahun antara oposisi dan pemerintah negara itu yang dipimpin Presiden Bashar Al Assad. Gencatan senjata antara pasukan masing-masing ditengahi oleh Rusia dan Turki pada Desember 2016 lalu dan dilanjutkan dengan pembicaraan damai yang digelar di Astana, Kazakhstan.
Pembicaraan damai yang digelar juga dihadiri oleh Iran. Meski gencatan senjata kembali sepakat untuk dilanjutkan untuk menunggu pertemuan berikutnya antara pihak yang berkonflik, namun terdapat laporan bahwa sejumlah bentrokan masih berlangsung di beberapa wilayah Suriah.
Amerika Serikat (AS) juga mengungkapkan keraguan dalam pembicaraan tersebut. Negeri Paman Sam menilai perang di Suriah belum akan berakhir dilihat dari bagaimana diskusi berlangsung, termasuk untuk ksepakatan gencatan senjata.
"Nampaknya pembicaraan di Astana tidak menjanjikan meski saya berharap gencatan senjata terus berlangsung tapi saya tidak yakin keinginan antara dua pihak yang bertikai," ungkap senator AS Robert Menendez.
Baca juga, Evakuasi di Aleppo tak Berarti Perang Suriah Berakhir.