REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Data Kementrian Pertanian di Jalur Gaza menyebutkan, bahwa saat ini sekitar 25 persen dari sapi yang ada di wilayah ini terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK). Ironisnya, pemerintah setempat tidak bisa menyediakan vaksi untk pengobatan sapi yang menderita PMK tersebut.
Seperti yang dilansir oleh Ramallahnews (13/2), Wakil Deputi Kementrian Pertanian di Jalur Gaza, Hasan Azzam menjelaskan, angka tersebut masih bersifat perkiraan, dan bisa saja fakta di lapangan lebih besar adanya. "Penyakit tersebut pada dasarnya menyebar cepat atau menular," ujarnya.
Dia menambahkan, bahwa pihaknya selalu mendapat janji dari pemerintah pusat bahwa ternak-ternak itu akan segera mendapat vaksin dan pengobatan. Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda realisasi yang akan dijalankan.
Kondisi di atas, menurut Azzam, sungguh sangat memprihatinkan dan membutuhkan penanganan serius, sebab terkait dengan mata pencaharian masyarakat di Jalur Gaza. “Yang bisa dilakukan saat ini, kita berupaya untuk memisahkan ternak yang positif terjangkiti penyakit PKM dari ternak yang masih dalam kondisi sehat,” katanya.
Bahkan saat ini untuk sementara waktu tidak dibolehkan distribusi ternak dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya, disamping tidak adanya izin untuk mendirikan pasar hewan –khususnya sapi- demi mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas.