Selasa 14 Feb 2017 15:13 WIB

Tertahan di Bandara, Ilmuwan Muslim Dipaksa Membuka Kunci Ponsel

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Winda Destiana Putri
 Sidd Bikkannavar, Muslim NASA asal AS.
Foto: TimesOfIndia
Sidd Bikkannavar, Muslim NASA asal AS.

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Ilmuwan dari Muslim National Aeronautics and Space Administration asal India, mengungkapkan tindakan tak menyenangkan dari petugas bea dan cukai AS. Selain ditahan, ia dipaksa membuka PIN ponselnya di perbatasan AS.

Sidd Bikkannavar (35), menuturkan lewat media sosialnya Facebook-nya tentang perlakuan petugas US Costum and Border Protection, yang meminta ponsel dan kata kuncinya. Perlakuan itu terjadi di Houston George Bush Intercontinental Airport akhir pekan lalu, sebelum akhirnya Bikkannavar dibiarkan lewat. "Saya awalnya menolak, karena itu adalah kebijakan telfon (NASA) dan saya harus melindungi aksesnya," kata Bikkannavar seperti dilansir Rediff, Selasa (11/2).

Untuk memperjelas, Bikkanavvar merupakan warga negara kelahiran AS dan seorang insinyur NASA, bepergian dengan paspor AS yang valid. Ia menerangkan, setelah petugas mengambil telfon dan mendapat kata kuncinya, petugas mengembalikannya ke tempat tahanan lain sedang tidur sampai selesai menyalin data-data dirinya.

Bikkannavar menghabiskan beberapa pekan untuk mengerjakan hobinya melakukan balap mobil bertenaga surya. Sebagai anggota tim Chili, ia mengunjungi Patagonia pada awal Januari, di bawah perintah dari Presiden Barack Obama. Ia baru kembali setelah Trump dilantik, dan mengeluarkan perintah eksekutif tentang larangan masuk AS.

Apa yang dialami Bikkannavar tentu membuatnya khawatir, mengingat secara dokumen seharusnya ia sudah terdaftar dalam program yang memungkinkannya lolos pemeriksaan. Selain itu, ia tidak pernah mengunjungi negara-negara lain, termasuk tujuh negara dilarang, dan Bikkannavar sudah 10 tahun mengabdi di federal AS. "Saya tidak tahu harus berpikir seperti apa tentang ini, ternyata saya telah melewatkan banyak hal," ujar Bikkannavar.

Sementara, Council on American-Islamic Relations telah mengajukan banyak keluhan atas petugas perbatasan sepanjang Januari, yang memaksa Muslim AS menyerahkan informasi media sosialnya ketika kembali dari luar negeri. Bahkan, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS pun telah memberi isyarat pengetatan pemeriksaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement