REPUBLIKA.CO.ID, ALABAMA -- Southern Poverty Law Center (SPLC) melabeli 2016 sebagai tahun berselimut kebencian. Hal itu mengacu atas peningkatan 197 persen kelompok kebencian anti-Muslim di AS tahun lalu.
Dilansir dari The Cut: New York Magazine, Kamis (16/2), Mark Potok dari SPLC menilai Presiden AS Donald Trump menjadi faktor penting peningkatan tersebut. Pada 2015, terdapat sekitar 34 kelompok anti-Muslim di AS, dan jumlah itu melonjak menjadi 101 tahun lalu.
SPLC melihat kebencian itu tanpa diduga berkembang pesat selama dua tahun terakhir, sebagian besar karena serangan ekstremis radikal. Namun, laporan menemukan peningkatan ini turut berkaitan dengan retorika Trump, termasuk kampanye larangan Muslim ke AS.
Jumlah keseluruhan kelompok kebencian meningkat dari 892 di 2015, menjadi 917 pada tahun lalu. Dalam laporan sebelumnya, SPLC telah menemukan 1.094 insiden kebencian, 34 hari setelah pemilihan yang besar diperkirakan terpicu atas kemenangan Donald Trump.
Dari jumlah insiden kebencian yang terjadi, ada sekitar 112 insiden kebencian anti-Muslim yang menjadi jumlah terbanyak. Jumlah tertinggi insiden, secara umum, terjadi setelah pemilihan umum dan sempat berkurang sesudahnya.