REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kandidat menteri ketenagakerjaan yang dicalonkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Andy Puzder mengundurkan diri pada Rabu (15/2). Ia menyatakan mundur dari pencalonan karena menghadapi tentangan dari sejumlah anggota parlemen Partai Republik sehingga peluangnya pada pemungutan suara soal pengukuhannya di tingkat Senat menjadi tipis.
"Setelah mempertimbangkan secara masak dan berdiskusi dengan keluarga, saya memutuskan mundur dari pencalonan saya sebagai menteri ketenagakerjaan," kata pemimpin perusahaan makanan cepat saji itu dalam pernyataan kepada media.
Puzder adalah calon pemegang jabatan tertinggi dalam kabinet Trump yang mengundurkan diri. Pengunduran dilakukan Puzder satu hari sebelum ia dijadwalkan menghadiri sidang pengukuhannya di Senat.
Sejumlah anggota dari kalangan Partai Republik telah menyatakan kekhawatiran karena Puzder tidak membayar pajak selama lima tahun bagi seorang pembantu rumah tangga, menurut laporan media setempat. PRT yang dimaksud tidak memiliki izin bekerja di Amerika Serikat.
Puzder, pemimpin jaringan gerai makanan CKE Restaurants mengatakan ia merasa terhormat dicalonkan Presiden Donald Trump untuk memimpin Departemen Ketenagakerjaan dan untuk mengembalikan tenaga kerja dan bisnis Amerika menuju kesejahteraan yang berkelanjutan.
"Walaupun saya tidak bertugas di pemerintahan, saya sangat mendukung presiden dan timnya yang sangat hebat," kata Puzder dalam pernyataan terbuka.
Senator asal Negara Bagian Vermont, Bernie Sander, melihat Puzder sebenarnya memang tidak layak dicalonkan sebagai menteri ketenagakerjaan. "Hal yang sebenarnya adalah, dilihat dari hubungannya dengan para karyawan di perusahaan yang dipimpinnya, ia tidak layak memimpin suatu departemen yang bertanggung jawab membela hak-hak para pekerja," kata Sander, yang tahun lalu mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden dari Partai Demokrat.
Pengunduran diri Puzder dianggap sebagai kemenangan oleh kalangan Demokrat. Sebelumnya, kalangan tersebut menuduh Puzder tidak memperlakukan para karyawannya dengan baik dan tidak mau menaikkan standar gaji.
Puzder juga dituding mendukung penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin di tempat kerja. Selain itu, ada dugaan ia melakukan kekerasan terhadap mantan istrinya pada 1980-an.