REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dana Anak PBB (UNICEF) pada Selasa (14/2) menyatakan berkat perbaikan baru-baru ini pada sistem kota praja, air secara perlahan kembali ke Kota Aleppo di Suriah Utara.
"Selama hampir satu bulan, 1,8 juta orang di kota tersebut dan sekitarnya terputus dari jaringan air masyarakat," kata UNICEF di dalam satu pernyataan.
"Pemutusan pasokan air yang paling akhir di Aleppo terjadi pada 14 Januari, ketika Stasiun Pompa Air Al-Khafse di Aleppo Timur berhenti beroperasi," tambahnya.
Menurut badan PBB tersebut, anak-anak khususnya telah terpengaruh oleh kekurangan air sebab mereka paling rentan terhadap penyakit yang menular melalui air. Mereka juga seringkali menjadi kelompok yang bertugas mengambil air dari berbagai sumber air.
"Anak-anak dipaksa mengantre di sumur dan tempat pembagian air selama berjam-jam, saat kota itu terus mengalami pengeboman secara membabi-buta. Ini secara negatif mempengaruhi kesehatan mereka, membuat hidup mereka terancam dan merampas waktu yang mereka bisa gunakan untuk belajar atau bermain," kata UNICEF.
Menurut perkiraan, sedikitnya 10 hari lagi diperlukan untuk menyelesaikan perbaikan yang memungkinkan air dipompa secara rutin ke semua permukiman di kota yang dicabik pertempuran itu. UNICEF menyatakan semua pihak dalam konflik Suriah telah menggunakan air sebagai senjata perang, baik dengan mencemari sumber air, mengincar peralatan dan prasarana kritis seperti pipa atau menahan bahan bakar untuk mengoperasikan stasiun pompa air.
sumber : Antara
Advertisement