Kamis 16 Feb 2017 12:52 WIB

Ada Kemungkinan Washington Berhenti Dukung Pembentukan Palestina

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agus Yulianto
Presiden Otoritas Palestina menyerukan pengakuan negara Palestina merdeka. Terlihat ia memegang salinan dokumen pengajuan keanggotaan negara Palestina saat berpidato di Majelis Umum PBB. (Ilustrasi)
Foto: AP
Presiden Otoritas Palestina menyerukan pengakuan negara Palestina merdeka. Terlihat ia memegang salinan dokumen pengajuan keanggotaan negara Palestina saat berpidato di Majelis Umum PBB. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan negosiator Timur Tengah era Obama Martin Indyk mengatakan, ada kemungkinan Washington berhenti mendukung pembentukan negara Palestina merdeka. Ini akan menjadi halangan bagi proses perdamaian Palestina dan Israel.

"Ide satu negara hanya akan menjadi masalah bagi Israel dan Palestina. Satu konsep untuk dua sistem, untuk dua rakyat sulit dilakukan. Selain itu Palestina akan melihat hal ini sebagai sistem apartheid," katanya, Rabu, (15/2).

Palestina merasa takut jika kepemimpinan mereka dibekukan dengan dekatnya hubungan Netanyahu dan Trump. Sebab Trump terlihat tak keberatan dengan pendirian satu negara saja mengabaikan pembentukan negara Palestina.

Direktur CIA Mike Pompeo bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di  Ramallah Selasa lalu.

Pejabat AS dan Palestina mengatakan, Netanyahu mendekati Trump dan berbicara dengannya untuk memperbaiki hubungan Israel dengan Amerika. Hubungan Israel dengan Amerika yang sempat memburuk di era Obama. Sebab, Obama sering mengecam tindakan Israel termasuk pembangunan pemukiman yang dilakilukan terus-menerus.

Trump dan Netanyahu melalui media sosialnya menunjukkan kedekatan yang cukup mesra. Saat bertemu langsung chemistry di antara keduanya juga terlihat baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement