Jumat 17 Feb 2017 05:10 WIB

Assad Berjanji Kuasai Kembali Setiap Jengkal Suriah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: AP/SANA
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Presiden Suriah Bashar al Assad berjanji menguasai kembali setiap jengkal negaranya. Dia juga nampak sangat percaya diri memenangkan perang sipil yang telah lama berlangsung.

Berdasarkan laporan Sky News pada Kamis (16/2) waktu setempat, dalam sebuah wawancara dengan media Prancis, Assad berbicara dengan penuh percaya diri untuk mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama enam tahun.

Ia mengatakan pertempuran di Kota Raqqa bukan prioritas khusus pasukannya, meski kota tersebut disebut sebagai pusat ISIS. Raqqa juga telah menjadi fokus perhatian pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat. Namun, Bashar menegaskan ISIS ada di mana-mana, tidak hanya di Raqqa.

"Semua tempat adalah prioritas tergantung dari perkembangan pertempuran. Sekarang mereka (ISIS) ada di Palmyra dan di bagian timur Suriah. Bagi kami ini semua sama, Raqqa, Palmyra, Idlib itu semua sama," katanya.

Dia juga membantah rezimnya terlibat dalam peristiwa penyiksaan setelah Amnesty International menyatakan ada sebanyak 13 ribu orang dieksekusi di sebuah penjara. Penjara tersebut disebut sebagai rumah jagal yang letaknya dekat Kota Damaskus.

Ia menegaskan, tuduhan-tuduhan tersebut tidak benar. Bahkan tuduhannya tidak berdasarkan fakta atau bukti. Pihak yang menuduh mengaku telah mewawancarai saksi yang menjadi oposisi dan pembelot, jadi informasinya bias.

"Kami tidak melakukannya, itu bukan kebijakan kami. Penyiksaan untuk apa kami lakukan? Untuk mendapatkan informasi? Kami memiliki semua informasi," ujarnya.

Bashar menegaskan jika pihaknya melakukan kekerasan maka tidak ada bedanya dengan teroris, artinya teroris telah menang. Dia mengatakan pertarungan di Suriah untuk mendapatkan hati masyarakat Suriah. Melakukan kekejaman seperti yang dituduhkan tidak akan mendapatkan hati rakyat.

Sementara, perwakilan dari pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak telah melakukan pembicaraan di Kazakhstan pada Kamis (16/2) waktu setempat. Di sana juga hadir Rusia, Turki dan Iran. Mereka membahas gencatan senjata yang rapuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement