Jumat 17 Feb 2017 08:08 WIB

PBB Ingin Kanada-AS-Eropa Tampung Pengungsi Rohingya

Anak-anak pengungsi Rohingya mengikuti pelajaran di sekolah kamp pengungsi Kutupalang di Cox Bazar, Bangladesh.
Foto: Reuters
Anak-anak pengungsi Rohingya mengikuti pelajaran di sekolah kamp pengungsi Kutupalang di Cox Bazar, Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, COX BAZAR -- Badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta Bangladesh mengizinkan pihaknya berunding dengan Amerika Serikat, Kanada dan beberapa negara Eropa untuk menampung sekitar 1.000 pengungsi muslim Rohingya yang tinggal di Bangladesh.

Puluhan ribu warga Rohingya sudah tinggal di Bangladesh setelah mengungsikan diri dari Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Budha, sejak awal 1990-an. Jumlahnya telah membengkak menjadi sekitar 69.000 orang. Mereka pergi dari Myanmar untuk menyelamatkan diri dari operasi tentara di Negara Bagian Rakhine dalam beberapa bulan terakhir ini.

Komisioner Tinggi PBB urusan Pengungsi (UNHCR) akan berupaya agar para pengungsi mendapat tempat penampungan kendati ada tentangan yang semakin meningkat dari sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

"UNHCR akan terus bekerja sama dengan pihak-pihak berwenang terkait, termasuk yang di dalam Amerika Serikat," kata perwakilan UNHCR Bangladesh, Shinji Kubo, kepada Reuters, Kamis (17/2).

"Walaupun ada perubahan dalam pemerintahan atau kebijakan pemerintah, menurut saya UNHCR punya kewajiban untuk mengupayakan program penampungan yang berorientasi pada perlindungan."

Kubo mengakui penampungan akan selalu menghadapi tantangan karena hanya sedikit kesempatan yang diberikan masyarakat internasional pada saat ini. Namun ia akan tetap berupaya membicarakannya dengan negara-negara masing-masing berdasarkan kebutuhan perlindungan dan kemanusiaan para pengungsi.

Reuters bulan ini melaporkan bahwa beberapa pejabat pusat imigrasi Australia di Papua Nugini sedang meningkatkan tekanan terhadap para pencari suaka untuk secara suka rela kembali ke negara masing-masing. Tekanan itu antara lain berupa tawaran uang dalam jumlah besar.

Kanada, Australia dan Amerika Serikat merupakan negara-negara utama pemberi suaka bagi para Muslim Rohingnya yang datang ke Bangladesh dari Myanmar sebelum Dhaka menghentikan program itu pada sekitar 2012.

Seorang pejabat pemerintah Bangladesh mengatakan program tersebut dikhawatirkan akan mendorong lebih banyak orang dari Myanmar memanfaatkan Bangladesh sebagai negara transit untuk mencari suaka ke negara-negara Barat.

Kanada telah menyatakan akan menerima orang-orang yang mengungsikan diri karena teror, perang dan takut dianiaya. Kesediaan itu dinyatakan Kanada setelah Presiden Trump memerintahkan agar, selama empat bulan, pengungsi dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim ditolak masuk ke AS. Perintah Trump itu kemudian dimentahkan oleh seorang hakim distrik AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement