REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat pada Sabtu (18/2) mengaku telah menghancurkan sebuah bangunan di kompleks medis sebelah barat kota Mosul, Irak. Bangunan itu diduga merupakan pusat komando kelompok bersenjata ISIS.
Namun, kelompok radikal tersebut membantah klaim Amerika Serikat dengan menyatakan bahwa serangan yang terjadi pada Jumat tersebut justru telah menewaskan 18 orang warga sipil, sebagian besar merupakan anak-anak dan perempuan. Selain itu, 47 orang lainnya juga mengalami luka-luka, kata ISIS dalam pernyataan tertulis yang diunggal dalam jaringan.
Media independen kini tidak mempunyai akses untuk masuk ke wilayah barat Mosul atau pun area lain yang dikuasai oleh ISIS di Irak dan Suriah. Dengan demikian, klaim kedua pihak belum dapat diverifikasi.
ISIS kini tengah dikepung di wilayah barat Mosul bersama dengan sekitar 650.000 penduduk sipil. Pasukan internasional bersama tentara pemerintah Irak mengepung wilayah tersebut setelah berhasil mengusir ISIS dari sebelah timur Mosul dalam fase pertama operasi militer yang selesai pada bulan lalu.
Pihak koalisi internasional menuding ISIS telah menggunakan sebuah bangunan lima lantai di tengah pusat fasilitas medis sebagai pusat komando militer dan kontrol komunikasi.
"Pihak koalisi berhasil menentukan lokasi tersebut dengan informasi intelejen dan pengintaian. Kami menyimpulkan bahwa ISIS tidak menggunakan bangunan itu untuk tujuan medis, sementara warga sipil pun tidak lagi punya akses ke sana," demikian pernyataan tertulis dari koalisi internasional.