REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perdana Menteri Korea Selatan Hwang Kyo-ahn mulai angkat bicara mengenai kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak seayah pemimpin besar Korea Utara Kim Jong-un pada Senin (20/2). Ia menilai tindakan pembunuhan ini menunjukkan Korut semakin berani memperlihatkan kebrutalan taktik terorismenya.
Hwang mengatakan, pertemuan Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan menyimpulkan bahwa mereka hampir yakin Korea Utara berada di balik pembunuhan putra tertua mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong Il.
"Pembunuhan yang dilakukan di depan umum di sebuah bandara internasional negara ketiga adalah tindak pidana yang tidak dapat dimaafkan dan tidak manusiawi. Ini jelas menunjukkan kecerobohan dan kebrutalan rezim Korea Utara yang tidak jalan bagi mereka mengabadikan dirinya sendiri," kata Hwang.
Hwang menegaskan, kepada seluruh pejabat Korea Selatan, bahwa kasus tersebut merupakan contoh kebrutalan rezim Korea Utara. Sehingga ia mengimbau agar harus lebih mewaspadai kemungkinan teror oleh rezim Korea Utara terhadap pemerintah dan rakyatnya.
Kim Jong-nam telah berbicara secara terbuka bahwa ia terisolasi dari kontrol dinasti keluarganya, di negara bersenjatakan nuklir itu.
Sebelumnya para pejabat Korea Selatan dan AS percaya Kim Jong-nam dibunuh oleh agen-agen tertutup Korea Utara. Hal ini seperti dikuatkan saat diplomat Korut di Kuala Lumpur berusaha untuk mencegah otopsi pada tubuh pria berusia 46 tahun itu dan menuntut agar jasad Kim Jong-nam segera diserahkan ke Pyongyang.
Polisi Malaysia mengatakan pada Ahad (19/2), mereka telah menangkap seorang pria warga Korea Utara sehubungan dengan pembunuhan Kim Jong-nam. Sedangkan empat tersangka Korea Utara lainnya telah melarikan diri dari Malaysia pada hari yang sama saat serangan di bandara internasional Kuala Lumpur.
Baca juga, Siapa Kim Jong-nam?
Selain dari pria Korea Utara, pemerintah Malaysia juga menangkap seorang wanita Vietnam dan seorang perempuan Indonesia sehubungan dengan pembunuhan Senin lalu.