REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Puluhan ribu keluarga sangat terancam saat operasi untuk merebut kembali bagian barat Mosul, kota di Irak Utara, dimulai.
"Dengan operasi militer untuk merebut kembali Mosul Barat dimulai, organisasi kemanusiaan memperingatkan puluhan ribu keluarga menghadapi ancaman sangat besar," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq di Markas Besar PBB, Senin (20/2), dengan mengutip lembaga kemanusiaan.
"Survei baru-baru ini mengonfirmasi pasukan makanan dan bahan bakar berkurang, pasar dan toko tetal ditutup, pasokan listrik dan air nyaris tidak ada di banyak permukiman baik kadangkala atau terputus sama sekali."
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Irak, Lise Grande mengatakan situasi sangat menyedihkan. PBB memperkirakan antara 750 ribu dan 800 ribu warga sipil tinggal di bagian barat kota itu.
Sedikit, jika ada, pasokan komersial telah sampai ke Mosul selama tiga bulan belakangan, setelah jalan utama ke Suriah terputus. Menurut keterangan, hampir separuh dari semua toko pangan telah tutup.
"Lembaga kemanusiaan bergegas membuat persiapan untuk menghadapi dampak kemanusiaan dari aksi militer tersebut," katanya.
Ia menambahkan lokasi tanggap darurat didirikan di bagian selatan kota itu dan pasokan bahan penyelamat nyawa dipersiapkan untuk 250 ribu sampai 400 ribu warga sipil yang mungkin menyelamatkan diri. Pada Ahad (19/2), pasukan keamanan Irak mengumumkan dimulainya tahap baru operasi untuk mengusir petempur ISIS dari kubu utama mereka di bagian barat Mosul, kata militer Irak.
Namun bagian barat Mosul tampaknya menjadi tantangan yang lebih besar buat pasukan Irak karena jalannya kecil dan penduduknya padat. Mosul, 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, telah dikuasai ISIS sejak Juni 2014, ketika pasukan pemerintah Irak meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri.