Selasa 21 Feb 2017 14:47 WIB

Peringatan 75 Tahun Serangan Bom Jepang di Kota Darwin

Angkatan Pertahanan Australia memperagakan peristiwa pasukan pembom Jepang menyerang Kota Darwin 75 tahun yang lalu.
Foto: ABC
Angkatan Pertahanan Australia memperagakan peristiwa pasukan pembom Jepang menyerang Kota Darwin 75 tahun yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN -- Para penyintas dan veteran peristiwa pengeboman Kota Darwin yang terjadi 75 tahun lalu mendapatkan penghormatan atas peran mereka dalam melindungi kebebasan dan membangun kembali perdamaian dalam sebuah upacara peringatan peristiwa ini di Kota Darwin, Northern Territory (NT) pada Ahad (19/2).

Sekitar 5.000 orang warga dan pejabat dari beberapa negara, termasuk Jepang, berkumpul di Tugu Peringatan Pahlawan di Kota Darwin, NT seiring Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull,  menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang memainkan peranan dalam Perang Dunia II.

"Hari ini, kami membayar upeti kepada mereka yang meninggal, yang selamat dan yang telah ikut berjuang, serta kepada mereka yang telah kehilangan rekan dan anggota keluarga mereka,” ucap PM Turnbull di hadapan peserta upacara.

“Kami merasa terhormat. Semua dari kita, para pemimpin negara,  warga territory, warga kota [Darwin], siapapun dari kita merasa terhormat didampingi oleh anda para veteran dan penyitas peristiwa ini.”

“Kami, putra dan putri kalian, berdiri dalam rasa kagum terhadap ketidakegoisan, keberanian dan pengorbanan generasi anda.

”Anda telah memenangkan Perang Dunia II. Anda telah menyelamatkan Australia. Anda telah melindungi dan mempertahankan kebebasan kita. Dan kemudian, dengan pengampunan, anda membangun perdamaian. Kami amat bangga kepada Anda.”

Serangan yang dilakukan tentara pengebom Jepang pada 19 Februari 1942 ini berhasil memporakporandakan Angkatan Laut Amerika Serikat dan tercatat sebagai serangan yang paling banyak memakan korban jiwa di perairan Australia dalam sejarah.

Jumlah korban jiwa yang paling sering disebutkan adalah 243 orang tewas dan sedikitnya 500 orang terluka atau hilang, namun karena banyak orang yang dikuburkan secara terburu-buru di pantai-pantai atau di lautan, tampaknya jumlah korban tewas yang sebenarnya tidak akan pernah diketahui.  

Serangan ini melibatkan 188 pesawat tempur yang diberangkatkan dari empat kapal induk Jepang yang berlokasi di Laut Timor, diikuti oleh serangan gelombang kedua oleh 54  pasukan pembom dari darat yang didukung oleh lebih dari puluhan kapal, kapal perusak dan kapal laut. Serangan di bagian Utara Australia ini terus berlangsung selama hampir dua tahun.

Malcolm Turnbull menyapa veteran PD II, Basil Stahl
Perdana Menteri Malcolm Turnbull menyapa para penyintas dan veteran peristiwa pemboman Kota Darwin dalam upacara peringatan peristiwa tersebut Ahad (19/2).

ABC News: Xavier La Canna

Menegaskan momen dalam sejarah Australia

Pemimpin Oposisi Federal, Bill Shorten mengatakan pemboman Kota Darwin merupakan moment yang sangat menentukan dalam sejarah Australia. “[Ini merupakan moment] dimana warga Australia menyadari kalau mereka tidak berada dalam kondisi yang tidak rentan] terhadap konflik yang menyapu seluruh dunia. Ratusan warga Australia meninggal dunia,” Katanya.

Sebuah upacara peringatan juga diselenggarakan di  Tugu Peringatan Kapal Perang USS Peary di Esplanade, Larrakeyah, NT yang didirikan untuk menghormati 91 orang tentara di kapal perang AS yang tewas ketika kapal perang mereka tenggelam akibat dibombardir oleh 4 pesawat tempur Jepang.

Sementara di Dermaga Stokes Hill di Kota Darwin sekitar 120 orang berkumpul untuk mengenang kematian lebih dari 70 orang buruh dek kapal dan pelaut yang tewas dalam serangan tersebut.

Upacara di Dermaga Stokes Hill
Warga di Dermaga Stokes Hill, Darwin mengenang peran buruh dek kapal dan pelaut yang ikut mempertahankan Australia.

ABC News: Lucy Marks

Veteran masih dihantui peristiwa ini

Basil Stahl (94 tahun) merupakan penyintas peristwa pengeboman ini dan masih mengingat peristiwa pemboman itu dengan jelas.

"Saya sedang duduk di tepi ceruk parit dengan karung pasir di atasnya hendak menikmati waktu minum teh dan kopi di pagi hari saya dan mereka [pesawat pengebom Jepang] terbang di atas saya dan membuat kopi saya tumpah, saya tidak jadi minum kopi pagi itu.” Kenang stahl.

Stahl mengatakan peristiwa Perang Dunia II itu masih sering menghantuinya, setiap kali dia mengingat semua teman-temannya yang kini telah meninggal.

Veteran PD II, Basil Stahl
Basil Stahl merupakan salah satu dari sedikit veteran yang menyaksikan peristiwa pemboman Kota Darwin pada tahun 1942.

ABC News: Xavier La Canna

Selain warga sipil dari berbagai kalangan tua dan muda, uparaca 75 tahun peristiwa serangan di Kota Darwin oleh Jepang ini juga diikuti oleh sejumlah tentara marinir, pejabat dan veteran dan karangan bunga diletakan dalam ingatan mereka.

Upacara ini juga diramaikan dengan peragaan kembali peristiwa serangan ini yang dilakukan pada 09.58 pagi waktu setempat, waktu dimana serangan oleh pasukan Jepang dimulai. Peristiwa serangan tentara Jepang pada tahun 1942 itu menghancurkan 30 pesawat dan 9 kapal di Pelabuhan Darwin dan dua kapal di luar pelabuhan Darwin juga tenggelam dan sejumlah fasilitas milik warga sipil dan militer di Darwin juga hancur. Tentara Jepang meluncurkan 77 serangan di ujung utara Australia hingga November 1943.

Warga yang menghadiri upacara peringatan serangan pemboman Kota Darwin
Sekitar 5.000 orang menghadiri upacara peringatan serangan bom di Kota Darwin.

ABC News: Xavier La Canna

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Diterjemahkan pada pukul 20:00 WIB, 19/2/2017 oleh Iffah Nur Arifah.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/upacara-peringatan-serangan-bom-di-kota-darwin/8285038
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement