REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA -- Badan Anak PBB (UNICEF) mengatakan sebanyak 1,4 juta anak berisiko menghadapi kematian akibat kelaparan. Bencana ini terjadi sejumlah negara, yaitu Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, serta Yaman.
Laporan menunjukkan korban tewas akibat kelaparan telah mulai berjatuhan di empat negara tersebut. Lebih dari 20 juta jiwa lainnya saat ini menghadapi risiko serupa hingga enam bulan ke depan.
"Waktu hampir habis, semua orang harus bertindak cepat untuk menyelamatkan banyak nyawa dari bencana kelaparan buatan manusia ini," ujar direktur eksekutif UNICEF, Anthony Lake dalam sebuah pernyataan, Selasa (21/2).
Bencana kelaparan secara resmi diumumkan terjadi di Sudan Selatan pada Senin (20/2) kemarin. Negara itu berada dalam kondisi tidak stabil sejak perang saudara terjadi pada 2013 lalu. UNICEF mengatakan setidaknya 270 ribu anak di Sudan Selatan mengalami kekurangan gizi. Di sana, kekeringan terjadi dan mengakibatkan kurangnya pasokan makanan yang diproduksi dari tanaman dan air.
Demikian juga dengan yang terjadi di Somalia. Musim kering yang panjang di negara itu menyebabkan setidaknya 185 ribu anak menderita kekurangan gizi akut. Diprediksi angka itu dapat meningkat menjadi 270 ribu dalam beberapa bulan ke depan.
Menyusul Nigeria, di mana diperkirakan sebanyak 450 ribu anak menderita gizi buruk pada tahun ini. Negara itu dilanda bencana sejak 2016 lalu, khususnya di wilayah bagian timur laut, negara bagian Borno. Di wilayah itu, terjadi berbagai konflik yang kebanyakan melibatkan Boko Haram. Pemerintah Nigeria masih berjuang untuk memerangi kelompok militan yang mencoba mendirikan sebuah negara terpisah.
Sementara itu, di Yaman 460 ribu anak tercatat mengalami kekurangan gizi akut. Hal itu terjadi setelah dua tahun perang d negara itu yang menyebabkan keruntuhan ekonomi. Pembatasan pasokan makanan yang datang juga harus dialami oleh semua warga di sana.
Sejumlah lembaga bantuan menjelaskan sebuah bencana kelaparan dapat dikatakan sudah terjadi dengan hanya 20 persen warga di empat negara itu yang memiliki akses untuk mendapat jumlah gizi cukup. Jumlah tersebut adalah setidaknya 2100 kalori per hari.
Kemudian, bencana kelaparan dapat dinyatakan saat ada dua orang yang meninggal dari sekitar 10 ribu lainnya dengan risiko. Namun, untuk kategori anak-anak adalah setidaknya empat dari mereka tewas.
Dewan Keamanan PBB juga dikatakan akan melakukan perjalanan ke sejumlah negara Afrika untuk membantu mengatasi bencana mengerikan tersebut. Dalam kunjungan ke Nigeria Utara, Kamerun, Chad, dan Niger, pihaknya akan berupaya menarik perhatian internasional terhadap krisis kemanusiaan yang tengah terjadi. Salah satunya dipicu oleh konflik dan peperangan.
PBB saat ini memperingatkan bahwa kondisi di sejumlah negara Afrika dan Yaman sangat darurat. Diperlukan tindakan secepatnya untuk menanggulangi bencana, yang dikhawatirkan dapat jauh lebih buruk dibandingkan krisis serupa yang pernah dihadapi pada 2011 lalu.
Bencana kelaparan terburuk pernah terjadi di Afrika pada 2011. Saat itu, kekeringan parah melanda banyak wilayah di timur benua tersebut dan menyebabkan krisis pangan diantaranya di Somalia, Etiopia, dan Kenya. Adanya bencana itu juga mengancam mata pencaharian lebih dari 10 juta orang. Beberapa negara lain yang juga terpengaruh akibat krisis pangan adalah Sudan Selatan, Sudan, dan Djibouti.
Namun, saat itu pernyataan resmi mengenai bencana kelaparan seakan tidak terdengar. Respon internasional dinilai cukup lamban karena berbagai faktor diantaranya adalah masalah pendanaan, serta keamanan di wilayah-wilayah yang terkena krisis. Diyakini sebanyak puluhan ribu orang meninggal di Somalia Selatan akibat kelaparan. Bencana itu sekaligus juga menjadi yang terburuk di Afrika sejak peristiwa serupa di Ethiopia pada 1984-1985 lalu, di mana satu juta orang tewas.