REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang anggota staf Gedung Putih Muslim mengundurkan diri dari pekerjaannya delapan hari setelah Donald Trump resmi bertugas. Ia mengaku pengunduran dirinya karena Gedung Putih dirasa telah berubah jadi monokromatik.
Rumana Ahmed yang bekerja untuk Dewan Keamanan Nasional (NSC) di bawah Barack Obama, mengatakan ia sebenarnya berniat untuk melanjutkan pekerjaannya.
Ia mengira, Donald Trump akan menganggap kehadirannya akan memberikan warna di NSC, karena ada patriot AS yang merupakan perempuan berjilbab. Sayangnya, ide Rumana yang orang tuanya beremigrasi dari Bangladesh sebelum ia lahir, tidak diterima pemerintah yang baru.
"Saya mendapatkan dua pandangan, satu seperti terkejut saya masih di sini, tapi ada pula pandangan orang yang sangat dingin dan mengabaikan saya ada di sana," kata Rumana seperti dilansir Independent, Ahad (26/2).
Rumana merasa, keputusan menjadi terpusat ke beberapa pejabat di West Wing, yang dianggap sebagai upaya otorotarianisme yang membuat banyak ketidakpuasan di antara banyak staf Gedung Putih. Ia berpendapat, semua jadi lebih sulit karena segala urusan administrasi tampak berlawanan dengannya baik sebagai orang AS maupun Muslim.
Tapi, biar bagaimanapun, perintah eksekutif Donald Trump yang melarang kedatangan dari tujuh negara mayoritas Muslim, akhirnya meneguhkan hatinya untuk mengundurkan diri. Larangan itu memicu kemarahan meluas dan membuat kebingungan di AS, ditambah rencana melakukan sedikit perubahan teknis dari perintah itu.