REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan tiga topik khusus pembicaraan antara Presiden Joko Widodo dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud dalam kunjungannya ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017.
"Misi ini pertama secara politik merupakan suatu kunjungan yang sangat bersejarah dalam artian kunjungan pertama yang dilakukan raja Saudi, hampir 47 tahun setelah kunjungan terakhir jadi bersejarah," kata Retno di lingkungan Istana Presiden Jakarta, Senin.
Raja Salman akan berada di Jakarta dan Bogor pada 1-3 Maret 2017. Selanjutnya raja beserta 1.500 anggota delegasi, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran akan melakukan kunjungan wisata di Bali pada 4-9 Maret 2017. Kedatangan Raja Arab Saudi terakhir ke Indonesia adalah pada 1970
"Kedua, menunjukkan satu hubungan yang baik bagi Indonesia dan Saudi," ujar Menlu.
Retno mengaku bertemu dengan Menlu Saudi pada sela-sela pertemuan G20 dan beliau melihat komitmen dua negara untuk saling mendekatkan diri.
Apalagi dalam dua tahun terakhir terjadi intensitas kunjungan yang sangat luar biasa, baik di tingkat menteri, parlemen, kontak bisnis dan hubungan pada level 'leaders', termasuk pembicaraan per telepon beberapa kali dilakukan.
Menurut Retno, Arab Saudi melihat Indonesia sebagai negara yang punya sejumlah kualitas yaitu negara berpenduduk muslim terbesar, negara terbesar di Asia Tenggara, dan negara yang punya pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.
"Sejauh ini kita akan bicara proyek-proyek kerja sama yang ingin kita lakukan dengan Arab Saudi misalnya kita sudah mulai bekerjasama dalam pembangunan 'refinery' di Cilacap, jadi sekarang kita lihat sampai di mana perkembangannya, jadi lebih banyak membahas proyek-proyek bersama yang akan kita kerjakan dengan Arab Saudi," tambah Retno.
Sedangkan hal ketiga adalah terkait masalah umat muslim seperti kuota haji.
"Selain politik dan ekonomi ada juga waktu yang dipersiapkan bicara mengenai masalah umat misalnya haji," kata Retno.